Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sindikat narkotika internasional dituduh sebagai otak serangan bom gereja di Sri Lanka April lalu. Sebelumnya, pemerintah menuding pelaku serangan mematikan adalah kelompok radikal.
ADVERTISEMENT
Keterangan tersebut disampaikan di tengah peningkatan upaya penumpasan narkotika di Sri Lanka. Presiden Maithripala Sirisena bahkan berjanji menghidupkan kembali hukuman mati bagi pengedar narkoba.
"Serangan merupakan pekerjaan gembong narkotika internasional," sebut Presiden Sirisena dalam keterangan persnya, seperti dikutip dari AFP, Selasa (16/7).
"Pengedar narkotika yang melakukan serangan ini bertujuan mendiskreditkan saya, dan mencegah gerakan antinarkotika. Saya tidak akan berhenti," sambung dia.
Pernyataan Sirisena ternyata tidak sejalan dengan apa yang disampaikan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe. Dia menyatakan, saat ini penyelidikan masih berjalan.
"Polisi merampungkan penyelidikannya dua pekan ke depan," ucap juru bicara PM Sri Lanka Sudarshana Gunawardana.
"Tidak ada yang menyebut keterlibatan pengedar narkotika. Kami tidak akan meragukan investigasi kami," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Insiden bom paskah di Sri Lanka merupakan teror paling berdarah di negara tersebut. Sebanyak 258 orang kehilangan nyawa.
Beberapa saat usai teror, Sri Lanka menuduh kelompok National Thowheeth Jama'ath (NTJ) sebagai otak serangan. Setelah itu, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab.