Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Presiden transisi Suriah, Ahmad Al-Shara, menjadi sorotan sejak operasi militer kilat yang dipimpinnya berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad hanya dalam waktu sekitar 13 hari.
ADVERTISEMENT
Al-Sharaa terus menjadi perbincangan di media sosial karena berbagai peristiwa yang terjadi begitu cepat di Suriah, negara kaya sejarah yang telah dilanda perang saudara sejak 2011.
Meski begitu, kehidupan pribadinya tetap berada di luar sorotan meskipun al-Sharaa yang diduga berusia 43-an tahun ini sering tampil di media.
Hal itu menimbulkan rumor bahwa al-Sharaa yang merupakan muslim yang taat ini memiliki 3 istri, termasuk satu perceraian, dan sejumlah besar anak.
Namun, Al-Sharaa akhirnya memberikan klarifikasi.
Mengutip Al Arabiya, saat bertemu dengan delegasi perempuan Suriah yang tinggal di Amerika Serikat pada 27 Januari 2025, al-Sharaa mengejutkan hadirin dengan memperkenalkan istrinya, Latifa.
Ia juga menegaskan bahwa Latifa adalah istrinya satu-satunya dan bahwa ia sangat mencintainya. Dengan demikian al-Sharaa membantah semua rumor di media sosial mengenai poligami.
ADVERTISEMENT
Informasi soal perkenalan Latifa disampaikan salah satu peserta pertemuan tertutup tersebut.
Setelah pertemuan, al-Sharaa berfoto bersama dengan delegasi perempuan, tapi tidak ada satu pun yang mengkonfirmasi ada Latifa dalam foto itu.
Al-Sharaa tampak berdiri di tengah barisan para perempuan yang menjadi tamunya itu.
Pengakuan bahwa al-Sharaa memiliki seorang istri bernama Latifa tetap menjadi pertanyaan masyarakat Suriah karena tidak ada satu foto atau pun video yang dilansir kecuali cerita dari salah satu delegasi wanita tersebut.
Latifa Terlihat di Masjidil Haram, Makkah
Hingga akhirnya, al-Sharaa terbang ke Arab Saudi untuk bertemu PM Arab Saudi sekaligus Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman pada Minggu (2/2). Esok harinya, dia melaksanakan ibadah umrah di Masjidil Haram, Makkah.
Saat umrah itulah untuk pertama kalinya terlihat sosok Latifa. First Lady Suriah itu kadang berjalan di belakang al-Sharaa, kadang berjalan berdampingan. Namun, foto dan video itu menangkap sosok Latifa dari jarak jauh.
ADVERTISEMENT
Penampilan Latifa mengundang pro kontra. Kelompok konservatif Suriah mengecam al-Sharaa yang memperkenalkan istrinya pada umum.
Mereka juga khawatir al-Sharaa membawa Suriah pada sekularisme seperti yang dilakukan rezim al-Assad yang berkuasa setengah abad.
Sedangkan kubu lainnya yang melihat Latifa tidak memakai cadar bernapas lega karena menilai al-Sharaa tidak akan mengubah Suriah menjadi negara konservatif seperti Afghanistan.
Pose dengan Ibu Negara Turki
Sosok Latifa paling terlihat jelas saat bertandang ke Ankara, Turki. Ibu Negara Turki, Emine Erdogan, mengunggah foto dia bersama Latifa pada 5 Februari. Latifa tampil sederhana dengan baju tradisional Suriah, abaya hitam.
Lalu siapa Latifa? Sumber-sumber menduga bahwa ia berasal dari keluarga al-Duroubi, tepatnya dari Kota Al-Qaryatayn di pinggiran Provinsi Homs. Keluarga al-Duroubi termasuk keluarga terhormat.
ADVERTISEMENT
Sumber juga menyebutkan bahwa al-Sharaa memiliki tiga anak laki-laki meskipun informasi ini belum dapat dikonfirmasi.
Sering Pindah-pindah
Dalam wawancara eksklusif pertamanya dengan stasiun televisi Arab Saudi, Al Arabiya, pada Desember 2024, al-Sharaa yang selama ini berjuang menggulingkan rezim al-Assad yang bertangan besi, mengungkapkan bahwa hidupnya tidaklah biasa.
Ia terbiasa berpindah-pindah rumah dan bahkan pernah tinggal di pegunungan bersama istrinya.
Al-Sharaa menjelaskan bahwa kehidupannya penuh dengan kesulitan dan tidak selalu memiliki makanan atau minuman yang cukup. Akibat keadaan tersebut, ia terbiasa makan apa pun yang tersedia dan sering menjadi tamu warga setempat untuk mendapatkan makanan.
Selain itu, ia juga menceritakan kisah unik mengenai tanggal lahirnya. Menurutnya, ia sebenarnya lahir pada 29 Oktober, tetapi petugas pencatatan keliru mencatatnya sebagai 29 Juli.
Al-Sharaa ditunjuk sebagai presiden transisi Suriah pada 29 Januari 2024. Kesepakatan ini diteken oleh 18 faksi bersenjata di Suriah.
ADVERTISEMENT
Kunjungan al-Sharaa ke Arab Saudi sebagai kunjungan luar negeri perdananya pada Minggu (2/2) memberikan sinyal al-Sharaa akan menjauhkan Suriah dari Iran, sekutu terkuat Suriah era al-Assad.
Setelah dari Arab Saudi, al-Sharaa berkunjung ke Turki. Dia juga mendapat undangan Presiden Macron untuk berkunjung ke Prancis.
Suriah berada di bawah mandat Prancis sebelum akhirnya meraih kemerdekaan pada tahun 1946.