Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Presiden Terpilih Prancis Pernah Dua Kali Ditolak Kampus Idaman
9 Mei 2017 16:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus Science Po, Paris, mahasiswa baru bernama Emmanuel Macron langsung diejek temannya. “Mahasiswa pertukaran pelajar dari Ceko yang telah lama tidak potong rambut,” ujar teman kampusnya Marc Ferraci.
ADVERTISEMENT
Macron menempuh pendidikan Administrasi Publik di Science Po. Sebelumnya, dia memperoleh sertifikat Diplome Etudes Approfondie di Univeristy Paris-Ouest Nanterre.
Dikutip dari laman kampus Science Po, kisah hidupnya hingga akhirnya berkuliah di Science Po tidaklah mulus. Macron harus gagal sebanyak dua kali ketika harus masuk Ecole Normale Supérieure. Macron mendaftar Science Po untuk “mengobati luka” dan “dengan semangat untuk membayar kegagalan.”
Ia kemudian mendaftar Science Po atas rekomendasi salah satu professor yang menjadi pembimbingnya ketika masa orientasi. Macron disebut memiliki kecerdasan dan kemauan tinggi. Rekomendasi itu mengantarkannya masuk ke Science Po pada tahun 2001.
Macron kemudian menjelma menjadi salah satu yang terbaik di kampusnya. Ia merupakan mahasiswa yang sangat aktif di kelas dan juga kehidupan sosial. Dalam mata kuliah Advanced Economy, Public Finance, dan Political Theories, Macron mendapatkan nilai tertinggi di kelas.
ADVERTISEMENT
Semua dosen dibuat berdecak kagum dengan kemampuannya. Dialah mahasiswa yang kritis dan aktif dalam setiap kegiatan kelas. Keikutsertaannya di unit kegiatan teater membuatnya dikenal luas. Ali Baddou, salah seorang pengajar bahkan menyebutnya sebagai “mahasiswa terbaik di kelas saya yang sangat suka melontarkan pertanyaan kritis.”
Tidak hanya sesama mahasiswa dan dosen, petugas kebersihan kampus pun begitu akrab dengan Macron. “Dia begitu hangat dan sering menyapa dan mengajak bicara,” kenang salah satu petugas kampus.
Macron, kandidat dari Partai Sosialis berhaluan kiri-tengah Perancis, berhasil memenangkan pemilihan presiden Prancis dengan perolehan suara 65,9 persen, menyingkirkan kandidat dari Partai La Nacional berhaluan ultra kanan Marine Le Pen.
Hasil itu akan membuat mantan menteri ekonomi yang berusia 39 tahun tersebut menjadi presiden kedelapan Republik Prancis, dan presiden termuda yang dimiliki negeri itu.
ADVERTISEMENT