Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Presiden Uganda dan Rwanda pada Rabu (21/8) menandatangani perjanjian damai di Angola.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan tersebut diteken untuk meredakan tensi antar kedua negara di benua Afrika itu. Sebelumnya, Rwanda dan Uganda hampir berperang.
Mereka saling lempar tuduhan soal terkait dugaan intelijen, pembunuhan politik, dan campur tangan urusan dalam negeri.
Pada Februari Rwanda menutup perbatasannya dengan Uganda. Padahal wilayah tersebut merupakan jalur perdagangan penting di Afrika timur.
Tiga bulan setelahnya, tepatnya pada Mei 2019 giliran kepolisian Uganda yang menuduh tentara Rwanda memasuki negara secara ilegal, lalu membunuh dua orang.
Setelah tensi yang terus meningkat, Presiden Rwanda Paul Kagame dan Presidenn Uganda Yoweri Museveni sepakat mengakhiri perseteruan.
"Rwanda dan Uganda telah sepakat menghormati kedaulatan masing-masing negara," tulis pernyataan damai yang ditandatangani presiden kedua negara, seperti dikutip dari AFP, Kamis (22/8).
ADVERTISEMENT
Dalam kesepakatan itu, Rwanda dan Uganda setuju saling menghormati dan melindungi hak dan kebebasan masing-masing warga negara. Perbatasan yang sempat ditutup juga akan dibuka dalam waktu dekat.
Setelah penandatangan, Kagame mengakui tak bisa menyelesaikan masalah perselisihan kedua negara sendirian. Oleh karenanya, ia mengajak Museveni bekerja bersama menyelesaikan persoalan tersebut.
"Mungkin butuh waktu untuk mengerti satu sama lain, tapi saya pikir kami sudah melangkah cukup jauh. Kami akan mengatasi semua masalah," kata Kagame.
Sementara itu, Museveni memastikan usai kesepakatan dicapai negaranya akan berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan kesepakatan.
"Kami menyepakati penyelesaian sejumlah masalah, seperti peningkatan keamanan, perdagangan, dan hubungan politik," kata Museveni.