Pria AS Pembunuh Enen Diduga Berkepribadian Ganda

28 Maret 2018 16:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaku pembunuhan Enen Cahyati. (Foto: Dok. Kepolisian Kamboja)
zoom-in-whitePerbesar
Pelaku pembunuhan Enen Cahyati. (Foto: Dok. Kepolisian Kamboja)
ADVERTISEMENT
Pria AS pembunuh Enen Cahyati di Phnom Penh, Kamboja, diduga berkepribadian ganda. Sebelum membunuh Enen, pria bernama Bilal Abdul Fateen itu juga kerap memukuli wanita 47 tahun yang dinikahinya secara siri di penjara Salemba itu.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Insya Maulida, 25, putri pertama Enen saat bertemu kumparan di kediamannya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (28/3).
"Memang kepribadian ganda. Saya sering melihat dia ngomong sendiri di kamar," kata Insya.
"Mamah cerita sama saya. Dia (Bilal) suka ngomong sendiri. Ngomong kayak percakapan dengan diri sendiri," lanjut Insya.
Ibunya, kata Insya, juga sudah menyadari hal itu. Suatu kali, Bilal terlihat linglung, mengatakan bahwa ini masih di tahun 1900-an.
"Dia (Bilal) nanya ini tahun berapa? Ini tahun 1900 berapa gitu, dia ingetnya itu situasinya waktu itu," kata Insya.
"Ini tahun berapa? Ini waktu aku kehilangan istri aku," kata Insya menirukan perkataan Bilal.
Rumah Enen Maulida di Jagakarsa. (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Enen Maulida di Jagakarsa. (Foto: Raga Imam/kumparan)
Enen ditemukan tewas di kamar Hometown Suite Hotel, Phnom Penh, pada Minggu lalu (25/3). Menurut saksi, Enen dan Bilal menyewa kamar itu sejak 19 Maret lalu.
ADVERTISEMENT
Penyidik mengatakan, ibu tiga anak itu tewas akibat dicekik. Polisi dilaporkan masih memburu Bilal yang kabur dari lokasi kejadian.
Insya mengatakan keduanya menikah secara siri di penjara Salemba pada 2015, sebelum Bilal dibebaskan bersyarat. Ketika itu, Bilal dipenjara atas kekerasan dalam rumah tangga. Selama menikah, dia mengatakan ibunya juga kerap mengalami kekerasan.
Walau sering mengalami kekerasan, namun menurut Insya ibunya selalu manut kepada Bilal. "Seperti dicuci otak," kata Insya.
Insya mengatakan, Kedutaan Besar AS di Jakarta bahkan pernah menolak memberikan jaminan untuk pembebasan Bilal. Hanya Enen yang mau memberikan jaminan.
"Kata Kedubes AS, paspor Bilal sudah diblokir. Kedubes AS juga tidak tahu mengapa dia bisa ke Kamboja, pasalnya statusnya masih pembebasan bersyarat," kata Insya.
ADVERTISEMENT