Pria Jepang yang Dijuluki 'Twitter Killer' Dieksekusi Mati

27 Juni 2025 12:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Pria Jepang yang Dijuluki 'Twitter Killer' Dieksekusi Mati
Pria yang dijuluki "Twitter Killer" itu mengejutkan Jepang karena mengaku membunuh 9 orang—kebanyakan perempuan berusia antara 15 dan 16 tahun.
kumparanNEWS
Takahiro Shiraishi si Twitter Killer di Jepang. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Takahiro Shiraishi si Twitter Killer di Jepang. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Jepang mengeksekusi mati pria yang membunuh 9 orang pada 2017. Ini merupakan eksekusi mati pertama kali yang dilakukan di Jepang setelah hukuman ini diberlakukan pada 2022.
ADVERTISEMENT
Pria pembunuh bayaran itu bernama Takahiro Shiraishi, yang dijuluki oleh media sebagai 'Twitter Killer'. Pembunuhan itu mengejutkan Jepang dan memicu perdebatan bagaimana bunuh diri dibahas secara daring.
Dikutip dari BBC, Jumat (27/6), Shiraishi yang saat itu berusia 30 tahun merayu para korbannya—kebanyakan perempuan berusia antara 15 dan 26 tahun—untuk datang ke apartemennya, sebelum mencekik dan membunuh mereka.
Pembunuhan itu terungkap pada Oktober 2017 ketika polisi menemukan potongan tubuh di Kota Zama dekat Tokyo, ketika polisi mencari salah seorang korban.
Shiraishi kemudian mengakui membunuh 9 korban yang ingin bunuh diri. Dia mengakui mengenal mereka lewat Twitter—kini nama platform itu "X".
Shiraishi mengatakan dapat membantu para korbannya untuk mati, dan di beberapa kasus dia mengeklaim akan membunuh dirinya sendiri bersama mereka.
ADVERTISEMENT
Takahiro Shiraishi si Twitter Killer di Jepang. Foto: AFP
Dia menulis seperti ini di profil Twitter-nya: "Saya ingin membantu mereka yang benar-benar menderita. Tolong DM (pesan langsung) saya kapan saja".
9 mayat korban yang terpotong-potong ditemukan di dalam pendingin dan kotak peralatan ketika polisi mendatangi rumah flatnya. Media setempat menyebut rumahnya sebagai "rumah horor".
Jaksa kemudian menjatuhkan hukuman mati terhadap Shiraishi. Pengacaranya meminta vonis yang lebih ringan dengan alasan "pembunuhan itu dengan persetujuan korban" karena para korban telah memberikan persetujuan untuk dibunuh. Pengacara juga meminta penilaian atas kondisi mental kliennya.
Namun, Shiraishi kemudian membantah versi kejadian dari tim pengacaranya sendiri dan mengaku membunuh para korban tanpa persetujuan mereka.
Takahiro Shiraishi si Twitter Killer di Jepang. Foto: AFP
Ratusan orang menghadiri sidang putusannya pada Desember 2020, saat dia dijatuhi hukuman mati.
ADVERTISEMENT
Pembunuhan ini juga mendorong perubahan di Twitter/X. Aturan baru menyatakan penggunanya tidak boleh mempromosikan atau mendorong bunuh diri atau melukai diri sendiri.