Prof Kusnandi: Imunogenisitas Sinovac Turun usai 6 Bulan, Perlu Suntikan Ketiga

16 Juli 2021 21:20 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
19
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Kusnandi Rusmil. Foto: UNPAD
zoom-in-whitePerbesar
Prof Kusnandi Rusmil. Foto: UNPAD
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Vaksin Sinovac merupakan yang pertama digunakan oleh Indonesia selama pandemi corona. Vaksin ini juga menjadi yang paling banyak diberikan kepada masyarakat, termasuk tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, imunogenisitas vaksin Sinovac ini akan menurun setelah 6 bulan usai penyuntikan. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar FK Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil.
Oleh sebab itu, kata Prof Kusnandi, penyuntikan ulang atau suntikan ketiga nantinya dianjurkan untuk dilakukan terhadap para penerima vaksin ini.
"Sinovac setelah 6 bulan itu turun, sehingga memang rencananya setelah 6 bulan harus disuntik ulang," kata Prof Kusnandi kepada kumparan, Jumat (16/7).
Kendati demikian, ia menganjurkan hal ini dilakukan apabila sudah banyak masyarakat yang divaksinasi. Dosis ketiga diberikan apabila penyuntikan kepada masyarakat lain yang belum divaksin sudah dilakukan.
Tepatnya, kata dia, dalam kondisi COVID-19 sudah menjadi penyakit endemi layaknya influenza.
Seorang pekerja medis memegang dosis vaksin Sinovac di fasilitas kesehatan. Foto: REUTERS/ Willy Kurniawan
"Kayak vaksinasi influenza aja. [Kalau] nanti lama-lama penyakit ini jadi endemis, harapan kita gitu, kayak influenza. Jadi kita sudah biasa menghadapi vaksin dan tubuh kita sudah mulai kebal. Kalau endemi kan kita sudah mulai kebal, sekarang kan masih pandemi," tutur Prof Kusnandi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Prof Kusnandi mengatakan pengulangan vaksinasi tak harus pakai Sinovac. Ia menyatakan seseorang boleh divaksin corona dengan merek yang berbeda-beda tiap tahunnya.
Misalnya di tahun pertama pakai vaksin Sinovac, sementara di tahun kedua memakai vaksin Pfizer. Sebab menurut dia, semua vaksin COVID-19 memiliki fungsi yang sama.
"Boleh. Karena kita semua sudah punya reseptor untuk menangkap rangsangan virus COVID-19. Apa itu Sinovac, Moderna, AstraZeneca, atau Pfizer itu sama-sama bikin reseptor sehingga tubuh kita itu mempunyai reseptor untuk membentuk antibodi. Jadi semua akan bentuk antibodi," sambungnya.
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
Vaksin Sinovac adalah salah satu vaksin yang efikasinya paling rendah dari merek lainnya yakni 65%. Tenaga kesehatan adalah sasaran pertama vaksinasi Sinovac di RI, sehingga rata-rata nakes sudah mendapatkan dosis penuh vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun seiring tingginya lonjakan kasus COVID-19, banyak nakes yang terpapar COVID-19 bahkan sampai wafat meski sudah divaksin. Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan memulai program suntikan ketiga sebagai booster bagi nakes pakai Moderna pekan ini.
"Memang diperlukan itu [dosis ke-3], karena hasil uji klinis menunjukkan kadarnya [imun] akan turun [setelah menerima dosis ke-2]," pungkas Prof Kusnandi.