Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Sinovac Prof Kusnandi Rusmil mengungkapkan soal imunitas yang dihasilkan dari vaksin pabrikan China itu. Dari hasil uji klinis, kadar antibodi (imunitas) setelah 6 bulan penyuntikan 2 dosis masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Meski kadar serokonversi dalam tubuh berkurang bila dibandingkan 3 bulan setelah pemberian vaksin kedua. Namun angkanya masih tinggi.
Serokonversi merupakan perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi.
"Vaksin Sinovac ini tiga bulan habis imunisasi yang kedua itu proteksinya serokonversinya di atas 99 persen, bagus. Nah sudah setelah 6 juga masih 99 persen tapi menurun sedikit tapi masih 99 persen. Mula-mula kan 99,90 setelah tiga bulan kemudian turun jadi 99,20 3 bulan berikutnya," ujar Kusnandi saat dihubungi, Kamis (4/3).
Angka itu diperoleh dari uji klinis III yang dilakukannya sebelumnya terhadap 1.620 relawan di Bandung. Pengukuran antibodi juga sudah memenuhi standar internasional.
"Jadi kalau di penelitian saya memang diperiksa. Tiga bulan setelah injeksi kedua, terus kemudian enam bulan terus kemudian satu tahun ya diperiksa untuk mengukur kadar antibodinya," ucap Kusnandi yang juga Guru Besar FK Unpad ini.
ADVERTISEMENT
"Itu akan saya ikutin terus selama 6 bulan, sampai setahun, nanti ketahuan kapan harus diulangnya," lanjut dia.
Akan tetapi Kusnandi menegaskan bahwa antibodi yang muncul usai penyuntikan vaksin tidak bisa bertahan selamanya. Pengukuran kadar antibodi yang dilakukannya bersama tim riset terus dilakukan.
Setelah diketahui berapa lama antibodi dapat bertahan, kata Kusnandi, dari situlah nantinya tenaga kesehatan dan pemerintah dapat mengatur kembali kapan seseorang harus menerima vaksin lagi.
"Karena enggak akan mungkin ini akan kebal seumur hidup, karena jenis vaksinnya ini jenis kumannya ini kan kayak influenza. Kalau influenza kan setiap tahun diulang, nah ini yang makanya penantian saya itu setelah disuntik yang terakhir yang 3 bulan diikutin diambil darahnya, nanti 6 bulan diikutin diambil darahnya, setahun diambil darahnya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Dari situ kita bisa tahu kapan bisa diulang, enggak mungkin seumur hidup ini, enggak mungkin," ungkap Kusnandi.
Meski begitu, Kusnandi meminta masyarakat tak perlu memusingkan hal itu. Ia meminta agar masyarakat percaya sepenuhnya kepada tim peneliti.
Lantas, bagaimana jika masyarakat ingin ke RS untuk periksa kadar antibodinya masing-masing usai vaksinasi?
"Enggak ada gunanya juga untuk apa, kan itu untuk peneliti. Pokoknya ikutin aja, yakinlah. Kan saya sudah bilang 99 persen terbentuk yang Sinovac ini, ya jadi pasti ada. Kan yang saya bilang 99 persen itu kan bukan hanya satu orang itu kan 1.620 orang gitu loh," kata Kusnandi.
"Saya lihatnya bukan 1-2 orang tapi 1.620 orang, jadi sudah rata-rata jadi pasti ada tapi dia nanti akan menurun terus, akan menurun terus. Jadi nanti mungkin satu tahun diulang atau paling lama dua tahun," tutupnya.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini:
Live Update