Prof Tjandra Jelaskan Detail soal Varian Corona Tiga X, Seberapa Berbahaya?

7 April 2022 10:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Varian baru corona telah dilaporkan di beberapa negara di dunia. Varian baru dikenalkan sebagai varian hasil rekombinan subvarian Omicron hingga gabungannya dengan varian Delta, yang secara umum disebut dengan “tiga X”.
ADVERTISEMENT
Apa itu “tiga X”?
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan “tiga X” ini merupakan sebutan dari varian “XD”, “XF”, dan “XE”.
XD dan XF merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. Varian XD hingga akhir Maret 2022 telah melaporkan penemuannya di Prancis menyentuh angka 49 kasus dan varian rekombinan XF dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus di Inggris.
Varian XE yang kini menjadi fokus perhatian merupakan varian gabungan antara varian Omicron BA.1 dan BA.2. Varian XE pertama kali terdeteksi dari pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 dengan 763 sampel di Inggris dan telah menginfeksi negara di Asia seperti China dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Prod Tjandra mengungkapkan karena masih minimnya kasus yang dilaporkan sehingga belum ada bukti ilmiah yang pasti terhadap “tiga X” ini.
“Karena jumlah kasus masih sedikit maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ke “tiga X” ini,” ungkap Prof Tjandra dalam keterangannya, Kamis (7/4).
Namun yang diperkirakan varian XE 10% lebih mudah menular dan para peneliti masih akan terus memastikan berat ringannya varian dari “tiga X”.
“XE memang diperkirakan 10% lebih mudah menular. Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak “tiga X” ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa mutasi, varian baru, dan rekombinasi merupakan hal yang umum terjadi pada virus dan menganggap bahwa dengan adanya mutasi, varian baru, dan rekombinan belum tentu ada dampaknya bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Ia mengimbau untuk masyarakat tidak panik dengan tetap mengikuti perkembangan dengan benar bahwa virus secara umum dapat melakukan rekombinasi.
“Jadi kalau ada berita varian atau rekombinasi baru maka kita tidak perlu panik, ikuti saja perkembangan ilmu yang ada dan berita dari sumber yang benar. Di sisi lain, perlu juga diketahui bahwa virus korona secara umum juga dapat saja melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus,” tutup dia.
Reporter: Rachel Koinonia