Prof Wiku: Mutasi Corona Eek Lebih Menular, Mirip Jenis dari Afsel dan Brasil

8 April 2021 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Prof Wiku Adisasmito. Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, menyebut varian baru virus corona E484K atau mutasi corona Eek tidak sepenuhnya merupakan jenis baru. Mutasi ini memiliki kemiripan dengan P1 asal Brasil dan B1351 dari Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
"Hendak diperhatikan, ditemukan varian E484K yang merupakan mutasi dari mutasi B117 yang berasal dari Inggris. Mutasi E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti yang ditemukan pada varian Afrika Selatan dan Brasil, serta dinilai lebih menular," ujar Wiku dalam konferensi pers virtualnya, Kamis (8/4).
Di Indonesia sendiri sudah ada tiga mutasi corona yang terdeteksi, yakni varian D614G, N439K (Skotlandia), dan B117 (Inggris).
Meski tergolong lebih menular ketimbang varian corona lainnya, Wiku meminta masyarakat tidak panik. Menurutnya, kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan kini menjadi hal terpenting yang wajib dilakukan.
"Meski demikian saya harapkan masyarakat tidak panik, tapi hendaknya makin disiplin protokol kesehatan dalam setiap aktivitas mengingat disiplin ini pertahanan utama kita dalam mencegah penularan COVID-19," ucap Wiku.
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Di sisi lain, pemerintah juga akan terus menggencarkan pemantauan mobilitas orang keluar masuk Indonesia. Terutama yang bepergian maupun pulang dari luar negeri dalam mengantisipasi imported case.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pelacakan sekuens virus corona baru dengan whole genome sequencing (WGS) terus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutasi corona apa saja yang beredar di Indonesia, serta upaya pencegahan ke depannya.
"Terkait mutasi virus, pemerintah terus tingkat surveilans Whole Genome Sequencing untuk memetakan varian COVID-19 yang masuk ke Indonesia. Serta memperketat pada saat WNA dan WNI yang masuk dari luar negeri ke Indonesia," tutup Wiku.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, sebelumnya mengungkapkan varian corona Eek terdeteksi di Indonesia sejak Februari. Hal ini ditemukan berdasarkan whole genome sequencing yang dilakukan LBM Eijkman.
Kasus ini baru ditemukan setelah pengurutan genome pada akhir Maret 2021. Menurut Lembaga Eijkman, kasus varian baru corona Eek berada di Jakarta Barat. Kini kondisi pasien tersebut sudah sembuh.
ADVERTISEMENT