Prof Zainal Muttaqin: Cuci Otak Terawan Bikin Percaya Testimoni ala Tong Fang

7 April 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Seorang ahli bedah saraf dan juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Undip, Prof. dr. Zainal Muttaqin, menyuarakan pendapatnya mengenai pembodohan massal yang dilakukan Terawan Agus Putranto. Ia menganggap eks Menkes itu dan para pendukungnya antisains terhadap masyarakat dengan embel-embel nasionalisme, karya anak bangsa.
ADVERTISEMENT
DSA atau ‘Cuci Otak’ adalah pemeriksaan untuk melihat (diagnostik) ada tidaknya kelainan pada pembuluh darah otak, termasuk pada pasien stroke.
Metode DSA bukanlah suatu metode yang ditemukan oleh Terawan. Sebelumnya metode tersebut ditemukan oleh Charles A Mistretta pada tahun 1971, dengan teknologi digital yang ada pada saat itu ia mampu mengubah angiografi otak menjadi DSA.
Mengutip dari artikel yang ditulis Zainal dalam kumparan, Rabu (6/4), masyarakat juga perlu tahu bahwa saat ini belum ada yang dinamakan Vaksin Nusantara. Vaksin Nusantara adalah sebutan untuk riset calon vaksin sel dendritik.
Penggunaan teknik pencitraan pembuluh darah otak atau DSA (Digital Subtraction Angiography) yang sudah biasa dikerjakan oleh banyak dokter sebagai sarana diagnostik. Namun, Terawan menjadikannya sarana pengobatan terapi stroke dan beberapa penyakit lainnya.
ADVERTISEMENT
"Tindakan brain wash Terawan ini menjadi diminati oleh banyak pejabat dan tokoh masyarakat bukan karena bukti-bukti ilmiah empiris, melainkan karena cerita/ testimoni/ pengalaman pribadi dari tokoh-tokoh seperti Dahlan Iskan, Mahfud MD, Yusril Ihza dan lainnya," kata Zainal.
"Jadi, masyarakat/rakyat kita sengaja dididik untuk percaya bukan pada sains, melainkan percaya pada testimoni ala klinik Tong Fang," imbuhnya.
Ia menambahkan, kalau bicara tentang Testimony Based Medicine, Terawan dengan 40.000 pasien, ‘rating ‘nya masih jauh di bawah Ponari yang dengan batu akiknya bisa menyembuhkan lebih dari 45.000 pasien.
"Akankah kita sebagai manusia dan sebagai bangsa yang masih memiliki akal sehat ini akan berdiam diri di saat banyak petinggi negeri, khususnya di DPR, yang terus membodohi rakyat banyak dengan Testimony Based Medicine," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Lawan dari Testimony Based Medicine adalah Evidence Based Medicine (EBM) yang menjadi landasan pokok bekerjanya seorang dokter dan dipakai di seluruh dunia kedokteran dan sains/ ilmu pengetahuan alam. Seorang dokter disebut professional apabila menerapkan EBM, tanpa EBM maka dokter akan sama dengan dukun, dan kepatuhan dalam menjalankan EBM.
"Inilah yang menjadi landasan Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK-IDI) untuk menjatuhkan sanksi etik kepada Terawan, bukan karena alasan kebencian kelompok atau lainnya," tutur dia.