Prof Zubairi: Mutasi Bikin Varian Corona Berbahaya Mungkin Tak Akan Ada Lagi

15 April 2022 15:39 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Kasus COVID-19 di Indonesia terus menurun sejak puncak varian Omicron. Bahkan sudah mencapai di bawah 1.000 pada Kamis (14/4).
ADVERTISEMENT
Varian Omicron memang lebih cepat menginfeksi masyarakat. Kasus harian juga sudah pernah tembus dari gelombang Delta Juni-Juli 2021 lalu.
Kematian saat gelombang Delta jauh lebih tinggi, sempat 1.000an per hari. Oleh karena itulah Menkes Budi Gunadi Sadikin sempat menyebut Delta adalah premannya SARS-CoV-2, alias yang paling ganas.
Pertanyaannya, apakah ke depan akan ada varian baru virus SARS-CoV-2 yang seganas atau lebih ganas dari Delta?
"Selama virus menyebar melalui populasi, mutasi terus terjadi, dan keluarga Omicron terus berkembang—yang dengan cepat menggeser Delta," kata ketua Satgas IDI Prof Zubairi dalam cuitannya dikutip Jumat (15/4).
"Tapi, mutasi menjadi varian berbahaya mungkin tak akan ada lagi," tutur dia.
Zubairi pun berharap kasus akan terus konsisten turun di bulan Ramadhan ini. Protokol kesehatan tetap harus digalakkan sampai benar-benar aman.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah. Situasi kita makin membaik. Jumlah kasus di Indonesia tercatat di bawah seribu per 14 April 2022. Tepatnya 833 kasus. Sementara yang sembuh bertambah 3.216 dan yang meninggal ada 48 jiwa. Semoga situasi ini terus bertahan. Amin," tutupnya.