Prof Zubairi: Sangat Mungkin Deltacron Tidak Lebih Berbahaya dari Omicron

14 Maret 2022 11:10 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Para peneliti di Prancis hingga Denmark telah menemukan varian kombinasi Deltacron. Virus ini merupakan gabungan antara kedua mutasi COVID-19 varian Delta dan Omicron.
ADVERTISEMENT
Ketua Satuan Petugas (Satgas) Penanganan COVID-19 IDI, Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan bagaimana varian Delta dan Omicron dapat menjadi satu dalam tubuh seseorang.
Dia menyampaikan kedua varian ini dapat bereplikasi jika tertular secara bersamaan.
"Deltacron adalah varian COVID-19 yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron. Artinya varian ini mengandung gen dari kedua varian itu yang membuatnya menjadi virus rekombinan," tulis Zubairi dalam twitter pribadinya, Minggu (13/3).
"Ketika seseorang terinfeksi dengan dua varian Delta serta Omicron, dan sel mereka kemudian bereplikasi bersama," ujarnya.
Saat ini, kasus Deltacron telah teridentifikasi di beberapa negara Eropa dan Amerika.
"Amerika Serikat, Prancis, Denmark, Inggris, dan juga Belanda," ungkapnya.
Zubairi mengatakan sifat Deltacron masih belum diketahui secara pasti sebab temuan kasus masih sedikit.
ADVERTISEMENT
"Mungkin sekali tidak berbahaya ketimbang varian Omicron. Belum bisa dipastikan. Karena jumlah kasusnya masih amat sedikit," tutur dia.
Omicron tidak semematikan Delta, tapi jauh lebih menular. Di Indonesia, kasus Omicron mulai melandai, tapi kematian masih tinggi meski belum seekstrem Delta.