news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Prof Zubairi Tolak RI Seperti AS yang Bolehkan Warga Lepas Masker Usai Divaksin

17 Mei 2021 10:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
ADVERTISEMENT
Presiden AS Joe Biden dan otoritas kesehatan AS atau CDC, resmi mencabut kebijakan pakai masker bagi warga yang sudah terima dosis penuh vaksin corona. Lantas, apakah hal ini bisa juga diterapkan di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Tentu banyak ahli tidak sependapat. Apalagi cakupan vaksinasi di Indonesia yang baru mencapai sekitar 8 juta orang terima dosis penuh, target 181,5 juta orang.
Ketua Dewan Pertimbangan IDI Prof Zubairi Djoerban meminta pemerintah dan masyarakat mengabaikan kebijakan Amerika Serikat itu.
"Lupakan pedoman CDC untuk melepas masker bagi yang sudah divaksin. Saya tidak setuju. Itu belum bisa berlaku di sini. Konsekuensi melepas masker terlalu dini itu besar," kata Prof Zubairi di akun Twitternya, dikutip kumparan, Senin (17/5).
Wisatawan memakai masker saat mereka tiba di bandara di Denver, Colorado, Amerika Serikat. Foto: Kevin Mohatt/Reuters
Kata Zubairi, kita pun tak dapat secara efektif mengetahui apakah seseorang sudah divaksin atau belum itu hanya dari masker. Oleh karena itu kewaspadaan harus terus dijaga.
"Dalam pandangan saya, mendefinisikan situasi normal itu bukan sebatas melepas masker saja. Di beberapa negara, banyak orang tetap memakai masker--meski kondisi negaranya baik-baik saja," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
"Karena apa? Masker itu bagus untuk menghentikan penyebaran virus. Bukan cuma corona," imbuhnya.
Lonjakan kasus sangat mungkin terjadi kalau masyarakat dan pemerintah abai. Apalagi saat Lebaran, mobilitas begitu tinggi. Kerumunan di sejumlah tempat tak terbendung.
"Jangan gara-gara kita setuju dengan pedoman melepas masker dari CDC itu justru menuntun kita menuju situasi seperti di India atau Malaysia," jelas dia.
"Semoga Indonesia tidak setuju dengan CDC dan semoga angka kasus COVID-19 pasca-Lebaran tidak melonjak," tutupnya.