Prof Zubairi: Virus Corona Lebih Tahan Lama di Tubuh Pasien HIV dan Kanker

2 Desember 2021 18:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat antivirus HIV. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat antivirus HIV. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Munculnya mutasi virus corona varian Omicron ini dalam beberapa waktu terakhir kerap disebut berkaitan dengan kasus HIV.
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban, teori tersebut sebenarnya sudah cukup lama dibahas oleh para ahli dunia.
Orang dengan HIV dan kanker memiliki imunitas yang tak sebaik orang pada umumnya. Sehingga virus dapat bertahan lebih lama dan menghasilkan mutasi yang kuat.
"Kalau untuk pasien kanker dan HIV itu virus COVID-19 ini kemudian lebih tahan lebih lama, dikarenakan lebih lama di tubuh orang kemudian bisa mutasi lebih bagus, jadi mutasi ini sering kali dikatakan lebih mudah menular," kata Zubairi dalam diskusi 'Antisipasi Varian Omicron Jelang Nataru 2021' di Media Center DPR RI yang ia hadiri secara daring, Kamis (2/12).
Virus membutuhkan inang yang merupakan makhluk hidup seperti manusia untuk dapat bertahan hidup. Melalui tubuh ini pula, virus seperti SARS-CoV-2 atau corona ini memperbanyak diri, termasuk pada kedua pasien tersebut.
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
"Mutasi penyebab virus COVID-19 ini terjadi di tubuh manusia, namun tubuh manusia yang antara lain ada pada pasien kanker dan pasien HIV," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Afrika Selatan memang memiliki kasus HIV yang paling tinggi di dunia. Berdasarkan data UNAIDS, lebih dari 7,8 juta orang diperkirakan hidup dengan HIV di negara itu.
Sebelum adanya varian Omicron, Afrika Selatan juga menemukan mutasi lainnya dari virus corona yakni varian Beta.
"Mutasi menjadi varian Omicron ini para ahli sebagian besar sepakat untuk berteori terjadi pada orang dengan HIV di Afrika Selatan. Untuk diketahui Afrika Selatan itu termasuk salah satu negara di dunia yang jumlah kasus HIV-nya paling banyak," tutup Zubairi.