Profesi Pawang Buaya Bukan Pilihan tapi Panggilan Hati

22 Juni 2018 5:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Umurnya sudah renta, hampir 74 tahun. Namun, Arshad masih bersemangat menjalankan profesinya sebagai pawang buaya di Taman Buaya Indonesia Jaya, Cibarusah, Kabupaten Bekasi.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui kumparan pada Kamis (21/6), Arshad baru saja selesai beratraksi bersama kedua rekannya dan 10 ekor buaya yang ada di arena atraksi.
Atraksi tersebut terbilang cukup mistis. Sebelum memulai atraksi ketiganya membakar kemenyan terlebih dahulu. Otomatis aroma khas dari kemenyan itu membuat atmosfir taman menjadi cukup mistis. Setelah itu ketiganya mulai beraksi.
"Ya kita akan melakukan atraksi baris berbaris buaya," katanya di tengah arena. Arshad dan kedua rekannya pun mulai menarik ekor dari buaya-buaya di dalam kolam ke tengah arena.
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Tak pelak ketiga buaya tersebut melawan dengan menggerakkan badannya. Namun entah bagaimana caranya, setelah Arshad menyentuh dan menyembur kepala buaya-buaya tersebut, mereka lalu terdiam dan berbaris dengan tenang sesuai susunan yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai di situ, Arshad dan rekan-rekannya juga menarik buaya terbesar di dalam arena itu. Buaya berusia 47 tahun dengan panjang 3,5 meter dan berat 700 kilogram itu juga sempat menggerakkan badannya untuk melepas tarikan ketiga pawang itu namun sama seperti buaya lainnya berhasil dijinakkan.
"Saya sudah lama jadi pawang Buaya. Sejak tahun 1960 lah," kata Arshad usai atraksi.
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Arshad mengatakan, sebenarnya ia tidak pernah berpikiran akan menjalani profesinya ini. Ia juga melarang anak-anaknya untuk menjalani profesi yang serupa dengannya.
"Saya juga enggak tahu kenapa saya jadi pawang (buaya). Padahal dulu orang tua saya melarang kerja kaya gini," ujar Arshad sambil memperlihatkan beberapa bekas luka gigitan buaya di beberapa bagian tubuhnya.
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Namun, menurut Arshad pekerjaan sebagai pawang buaya adalah panggilan hati. Ia ingin melestarikan hidup hewan berdarah dingin tersebut dengan cara yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Tapi yang namanya panggilan jiwa ya saya jalani aja," ungkapnya.
Tetap Tenang saat Bertemu Buaya di Alam Bebas
Sebagai seorang pawang buaya, Arshad juga menanggapi kemunculan buaya di Pondok Dayung, Jakarta Utara, beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, saat seseorang bertemu buaya di alam bebas ia harus tetap tenang.
"Intinya tetap tenang. Kalau di Pondok Dayung itu kan buayanya dari laut, tunggu saja matahari terbenam. Nanti pas matahari terbenam buaya itu pasti ke pinggir perairan, lemparin bebek aja kasih makan," beber Arshad.
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto:  Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Taman Buaya Indonesia Jaya di Cibarusah (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
kumparan juga sempat menanyakan bagaimana caranya menjinakkan buaya. Namun ia enggan membeberkan lebih jauh bagaimana caranya.
"Apa yang saya katakan tadi, harus sabar harus tenang. Intinya hati harus bersih untuk meyakinkan buaya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT