Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Profil Abu al-Julani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham yang Menumbangkan Assad
9 Desember 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Abu Mohammed al-Julani atau Barat menyebutnya sebagai Abu Mohammed al-Golani atau nama aslinya Ahmad al-Sharaa, menjadi sosok sentral jatuhnya Presiden Bashar Al-Assad.
ADVERTISEMENT
Dia berada di garda terdepan meruntuhkan kekuasaan dinasti Assad di Suriah yang berkuasa lima dekade.
Namanya makin terdengar ketika pada Minggu (8/12), al-Julani dan pasukannya merebut Damaskus setelah menguasai kota-kota besar lainnya. Ia kemudian mengumumkan kemenangannya di masjid Umayyad, Damaskus, yang bersejarah.
Kemenangan al-Julani disambut takbir di dalam masjid. Warga di Damaskus dan kota-kota lainnya bersukacita atas kemenangan al-Julani terhadap Pemerintah Suriah di bawah Assad.
Keberadaan al-Julani pun dalam pertempuran 11 hari demi meruntuhkan Assad pada Minggu (8/12) membuat mata dunia tertuju terhadap latar belakang pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) tersebut.
Siapa Dia?
Tidak ada yang tahu pasti kapan al-Julani lahir. Beberapa sumber menyebut al-Julani lahir di Riyadh Arab Saudi pada 1982.
ADVERTISEMENT
Penelusuran kantor berita Associated Press keterlibatan al-Julani dengan kelompok teroris Al-Qaeda terlacak pertama kali pada 2003. Dia bergabung dengan Al-Qaeda untuk bertarung melawan pasukan Amerika Serikat di Irak.
Al-Julani sempat ditangkap militer AS dan ditahan di Irak. Setelahnya Al-Julani malah terkait dengan kelompok teroris baru, ISIS yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi.
Pada 2011 ketika demo Arab Spring pecah, termasuk di Suriah, ternyata berimbas kepada al-Julani. Arab Spring yang membuat Pemerintah Suriah bertindak kekerasan terhadap rakyatnya memicu perang besar.
Al-Julani pun diminta al-Baghdadi memimpin kelompok Front Nusra yang kemudian dilabeli teroris oleh AS. Al-Julani selanjutnya ditetapkan sebagai teroris dengan hadiah tebusan sebesar USD 10 juta.
Konflik Suriah
Ketika perang Suriah makin pecah pada 2013, al-Julani malah menolak perintah al-Baghdadi untuk membubarkan Front Nusra dan menggabungkannya dengan ISIS.
ADVERTISEMENT
Al-Julani malah balik menyerang ISIS. Satu sisi al-Julani masih menyatakan kesetiaan terhadap al-Qaeda.
Pada 2014 untuk pertama kalinya al-Julani mau diwawancarai oleh media. Kepada media Qatar Al-Jazeera, al-Julani menolak perundingan damai Suriah yang digelar di Jenewa demi mengakhiri konflik.
Al-Julani mau Suriah secara penuh berada di bawah hukum Islam.
Bahkan Al-Julani berjanji bahwa Syiah, Druze, Alawite dan Kristen tidak punya tempat di Suriah.
Citra baru
Pada 2016, al-Julani memperlihatkan wajahnya ke publik. Biasanya di setiap penampilan al-Julani kerap menutup seluruh wajahnya.
Dia lalu mengumumkan perubahan nama kelompoknya menjadi Jabhat Fateh al-Sham dan memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda.
“Organisasi baru ini tidak punya afiliasi dengan entitas eksternal,” kata al-Julani.
Pada 2017 al-Julani mengubah nama kelompoknya lagi dengan Hayat Tahrir al-Sham atau HTS yang dipakai sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
HTS lalu berperang dengan kelompok Islam lainnya yang menolak bergabung. Dalam perjalanannya HTS menjadi kelompok paling berkuasa di barat laut Suriah.
Tak hanya itu, HTS mengubah besar-besaran citranya. Seragam militernya dengan kemeja dan celana panjang. HTS juga mulai mengkampanyekan toleransi antarumat beragama dan pluralisme.
Yang palung ekstrem adalah tindakan al-Julani meminta maaf kepada masyarakat Druze yang sempat menjadi targetnya. Al-Julani mengunjungi rumah beberapa perwakilan Druze yang anggota keluarganya terbunuh oleh kelompoknya.
Pada 2021, al-Julani diwawancarai jurnalis Barat. Dia memastikan kelompoknya bukan ancaman bagi Barat dan menyebut sanksi terhadap Suriah tak adil.
“Ya, kami telah mengkritik kebijakan Barat. Tetapi untuk melancarkan perang melawan Amerika Serikat atau Eropa dari Suriah, itu tidak benar. Kami tidak mengatakan bahwa kami ingin berperang,” kata al-Julani.
ADVERTISEMENT