Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Profil Assad, Presiden Suriah yang 'Digulingkan' Oposisi Usai 24 Tahun Berkuasa
8 Desember 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Presiden Suriah Bashar al-Assad, sosok yang pernah dipuja sebagai harapan reformasi, kini menjadi simbol kejatuhan rezim otoriter yang bertahan selama lebih dari dua dekade.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (8/12), pemberontakan di Suriah berhasil menggulingkan Assad, mengakhiri kekuasaan keluarga yang telah berlangsung 54 tahun.
Siapa Itu Bashar al-Assad?
Assad merupakan anak mantan Presiden Suriah, Hafez al-Assad.
Hafez merupakan Presiden Suriah sejak 1971. Jenderal militer itu mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 1970, memimpin Suriah dengan tangan besi selama hampir tiga dekade.
Ia menerapkan ideologi nasionalisme Arab sekuler dan membangun hubungan erat dengan Iran, Hizbullah, dan kelompok militan Palestina.
Rezim Hafez dikenal karena kontrol ketat terhadap rakyatnya, dengan polisi rahasia yang menekan segala bentuk perbedaan pendapat.
Kemudian, Hafez meninggal dunia. Pada 2000, Assad yang masih berusia 34 tahun merupakan seorang dokter mata. Namun, ia naik takhta lantaran sang kakak tewas dalam kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Saat Assad menggantikan ayahnya, banyak yang memandangnya sebagai seorang pemimpin muda berpendidikan Barat yang akan membawa angin perubahan.
Tapi harapan itu pudar ketika Assad menanggapi protes anti-pemerintah pada 2011 dengan kekerasan brutal, mengadopsi taktik keras ayahnya untuk mempertahankan kekuasaan.
Reformasi Ekonomi yang Tidak Merata
Alih-alih membuka ruang politik, Assad memusatkan perhatian pada reformasi ekonomi. Ia melonggarkan kontrol negara atas perekonomian, membuka pintu bagi investasi asing, dan memperkenalkan bank swasta.
Di bawah kepemimpinannya, Damaskus dan kota-kota lain menyaksikan perkembangan pusat perbelanjaan, restoran, serta peningkatan pariwisata. Namun, reformasi ini lebih banyak menguntungkan elite kota, termasuk keluarganya sendiri.
Sepupunya, Rami Makhlouf, menjadi salah satu pengusaha terkaya di Suriah, mengendalikan berbagai sektor ekonomi.
Ketimpangan sosial semakin tajam, terutama di pedesaan, yang terabaikan oleh kebijakan Assad.
ADVERTISEMENT
Kekeringan parah yang melanda Suriah pada 2006-2010 memperburuk situasi, memaksa ratusan ribu petani bermigrasi ke kota-kota besar, menciptakan tekanan sosial dan ekonomi yang luar biasa.
Dari Dokter ke Diktator
Lulusan oftalmologi di London itu awalnya dikenal sebagai penggemar teknologi yang cenderung pendiam.
Transformasinya dari dokter mata menjadi pemimpin otoriter memuncak saat menghadapi gelombang "Musim Semi Arab".
Protes damai yang dimulai pada Maret 2011 berubah menjadi perang saudara setelah tindakan keras rezim terhadap demonstran.
Dengan dukungan dari Iran dan Rusia, Assad mengerahkan militernya untuk menggempur wilayah-wilayah oposisi.
Kota-kota hancur, jutaan warga mengungsi ke negara-negara tetangga dan Eropa, dan sekitar 500 ribu nyawa melayang dalam konflik berkepanjangan.
Di balik itu, Assad menghadapi tuduhan penyiksaan sistematis dan eksekusi tanpa pengadilan di pusat-pusat penahanan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Runtuhnya Kekuasaan
Hampir 14 tahun sejak perang saudara dimulai, Assad akhirnya digulingkan oleh serangan kelompok oposisi pada November lalu.
Pasukan pemerintah runtuh, Assad diduga kuat kabur dari negaranya. Pada Minggu (8/12), oposisi menguasai Damaskus dan mendeklarasikan berakhirnya 54 tahun kekuasaan dinasti Assad.
Kepergian Assad pun meninggalkan warisan kelam. Meski demikian, banyak rakyat Suriah menyambut perubahan ini dengan harapan baru.
“Hari ini adalah akhir dari 54 tahun kekuasaan keluarga Assad di Suriah. Ini adalah satu-satunya rezim yang saya kenal sepanjang hidup saya,” kata seorang dokter Suriah-Amerika yang mengorganisasi misi medis ke Suriah, dokter Zaher Sahloul.
“Saya tidak sering menangis di masa dewasa saya, tetapi hari ini saya menangis. Sudah empat belas tahun penuh kengerian. Ini adalah momen Tembok Berlin kita,” katanya kepada Guardian.
ADVERTISEMENT