Profil Budayawan Cak Nun yang Alami Pendarahan Otak

6 Juli 2023 16:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budayawan dan sastrawan, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Budayawan dan sastrawan, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Budayawan Emha Ainun Nadjib (70) atau akrab dipanggil Cak Nun tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta. Ia mengalami pendarahan di otak.
ADVERTISEMENT
Awalnya, kabar itu beredar di grup WhatsApp Jamaah Maiyah. Dalam pesan di grup itu, Cak Nun disebut tak sadarkan diri.
"Mohon doanya teman-teman, Cak Nun gak sadarkan diri dirawat di RS Sarjito ada pendarahan otak. Sungguh mohon keikhlasan doa dari teman-teman semua," bunyi pesan di grup WhatsApp Jamaah Maiyah seperti diterima mili.id—partner kumparan, Kamis (6/7).
Cak Nun lahir di Jombang, Jawa Timur pada 27 Mei 1953. Ia pernah bersekolah di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, selama 2,5 tahun.
Dia juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada (UGM), namun tak sampai lulus.
Emha Ainun Najib alias Cak Nun berbicara di acara temu awak media. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Cak Nun menikah dengan Neneng Suryaningsih dan dikaruniai seorang anak bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh (Neo) — yang kemudian menjadi vokalis band Letto — pada tahun 1979.
ADVERTISEMENT
Pernikahannya bersama Neneng tidak bertahan lama dan keduanya memutuskan untuk bercerai. Pada tahun 1997, Cak Nun menikah dengan artis sinetron dan penyanyi Novia Kolopaking.
Pernikahan dengan Novia itu dikaruniai empat anak, yakni Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah, Anayallah Rampak Mayesha. Untuk anak satunya meninggal di dalam kandungan bernama Ainayya Al-Fatihah.

Kiprah Cak Nun

Suasana Dialog bersama Cak Nun di Gedung KPK. Foto: Luthfan Darmawan/kumparan
Cak Nun telah menulis sejak umur 16 tahun. Tulisan-tulisannya yang cerdas, bernas, dan menggelitik, telah dibukukan berjilid-jilid. Dia punya pengaruh kuat pada anak muda pada masa Orba.
Cak Nun mendapat julukan manusia multidimensi karena kepiawaiannya dalam bidang pemikiran, sastra, seni, musik, agama, dan banyak lagi. Dia terkenal dengan kelompok gamelan Kiai Kanjeng, pengajian Padangmbulan, dan terakhir Majelis Maiyah.
ADVERTISEMENT
Cak Nun termasuk tokoh yang diundang Soeharto ke Istana untuk dimintai nasihat menjelang presiden kedua RI itu mengakhiri kekuasaan 32 tahunnya.
Buka puasa bersama PDIP dan Sinau Bareng Cak Nun, Minggu (10/4). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
"Emha adalah satu fenomena menarik. Dia menulis sajak, menulis esai, menulis kolom, menulis kertas seminar, dan dia ada di mana-mana di depan khalayak seminar dan berbicara juga di depan khalayak terbuka. Kadang-kadang dia menulis juga lakon-lakon drama dan sesekali ikut terlibat langsung dalam pementasan. Topik dan tema yang ditulisnya bermacam-macam, bergerak dari kesenian hingga penghayatan kehidupan beragama maupun kejadian sosial aktuil. Semua yang dikerjakannya itu nyaris dikerjakannya dalam satu tarikan nafas panjang," begitu kesan budayawan (alm) Umar Kayam, dikutip dari situs Cak Nun.
Di situs yang sama, penyair Taufik Ismail juga memuji keandalan Cak Nun.
ADVERTISEMENT
"Tidak semua seniman, budayawan, dan penyair memiliki kemampuan seperti dia. Mungkin dia memiliki karunia khusus dari Allah," kata Taufik Ismail.
"Kelebihannya, dia adalah intelektual yang independen dan tidak terjebak dalam politik kekuasaan. Konsistensi sikapnya hingga kini tetap dipertahankan. Artinya, dia tetap mengambil sikap oposan dalam situasi politik apa pun," bebernya.