Profil Fadjroel Rachman: Dari Aktivis, Jubir Presiden, hingga Dubes Kazakhstan

26 Oktober 2021 17:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fadjroel Rachman meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto:  ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Fadjroel Rachman meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Eks juru bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, telah resmi dilantik menjadi Duta Besar Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan. Pelantikan dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (25/10).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Fadjroel dan 32 dubes lainnya diajukan Jokowi ke DPR lewat surat nomor R-25/Pres/06/2021 pada 4 Juni 2021. Setelah menjalani serangkaian fit and proper test, ia dinyatakan lolos dan terpilih menjadi dubes.
Fadjroel mengatakan, dirinya akan menerima apa pun tugas yang diberikan Jokowi.
"Apa pun tugas negara yang diarahkan Presiden Joko Widodo kepada saya adalah anugerah tak ternilai," kata Fadjroel, Jumat (25/6).
Lantas bagaimana profil dari Fadjroel Rachman sebelum menjadi Dubes Kazakhstan? Berikut rangkumannya:
Presiden Joko Widodo melantik 33 Dubes RI di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, (25/10). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden

Profil Fadjroel Rachman dari Aktivis hingga Jadi Dubes

Fadjroel lahir di Banjarmasin, 17 Januari 1964. Di sana ia menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga menengah atas. Pendidikan tinggi dilanjutkan di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Kimia.
ADVERTISEMENT
Selama kuliah di ITB, Fadjroel memulai aktivitas politik dengan mengkritik Presiden Soeharto dalam Gerakan Lima Agustus ITB pada 1989.
Karena kritikan itu, ia bersama lima rekannya mendekam di enam penjara berbeda-beda. Termasuk Nusakambangan dan Sukamiskin sebagai tahanan politik di masa Orde Baru.
Akibat peristiwa tersebut, Fadjroel di drop out (DO) oleh ITB pada 1992. Ia kemudian pindah ke fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Aktivitas politiknya tidak berhenti sampai di situ. Selain aktif mengembangkan Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia).
Setelah lulus kuliah, Fadjroel tetap vokal mengkritisi pemerintah. Hal itu terbukti pada berbagai kritiknya terhadap Pemerintahan SBY.
Menjelang 2014, Fadjroel memutuskan mendukung Jokowi menjadi presiden. Ia bergabung sebagai salah satu tim sukses hingga Jokowi menang di Pilpres 2014.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Fadjroel merapat ke pemerintahan setelah terpilih dan dilantik menjadi Komisaris Utama PT Adhi Karya Tbk (Persero) pada 22 September 2015. Setelah lama menjadi komisaris utama, ia sempat diberhentikan oleh Menteri BUMN Erick Tohir. Namun diangkat kembali menjadi komisaris di PT Waskita Karya Tbk (Persero) pada Juni 2020.
Komisaris Utama Adhi Karya Fadjroel Rahman memberikan keterangan pers usai bertemu Jokowi. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
Selain aktif menjadi komisaris, Fadjroel ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, sekaligus menjadi Juru Bicara Presiden.
Penunjukan didasari surat keputusan Presiden per tanggal 21 Oktober 2019 dan diumumkan langsung oleh Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin di Istana Negara.
Jabatan inilah yang terakhir diembannya sebelum dilantik Jokowi menjadi Dubes Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan.