Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Profil Fernando Villavicencio: Capres Ekuador Antikorupsi yang Ditembak Mati
10 Agustus 2023 15:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kandidat calon presiden Ekuador , Fernando Villavicencio, tewas ditembak usai melakukan kampanye di Ibu Kota Quito, pada Rabu (9/8) sekitar pukul 18.20 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Villavicencio menderita beberapa tembakan — termasuk di bagian kepala. Dia sempat menjalani perawatan medis, tetapi nahas nyawanya tidak tertolong.
Tragedi yang menerpa pria berusia 59 tahun ini terjadi kurang dari dua minggu menjelang pelaksanaan pemilu di Ekuador, di mana dia seharusnya maju menjadi calon presiden yang menggaungkan semangat antikorupsi.
Dikutip dari Reuters, Villavicencio berada dalam penjagaan ketat aparat keamanan saat penembakan terjadi.
Namun, seorang pria bersenjata masih bisa menembakkan peluru ke arahnya dan melukai sembilan orang lainnya. Di antara korban luka terdapat seorang calon anggota legislatif dan dua aparat keamanan.
"Villavicencio ditembak beberapa kali ketika ia meninggalkan sebuah acara kampanye pada Rabu malam dan dibawa ke rumah sakit terdekat namun tidak dapat diselamatkan," ungkap Jenderal Polisi Nasional Manuel Iñiguez.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan The Washington Post, pembunuhan Villavicencio terjadi bertepatan pada saat meningkatnya kekerasan bersenjata antargeng narkoba di Ekuador.
Belakangan ini, Villavicencio sempat mengungkapkan bahwa dirinya telah menerima beberapa ancaman pembunuhan — termasuk dari gembong narkoba ternama Kartel Sinaloa seminggu sebelumnya.
Lantas, siapa sesungguhnya sosok Fernando Villavicencio?
'Antagonis' di Antara Para Penguasa
Lahir pada 11 Oktober 1963 di Provinsi Chimborazo, Villavicencio memiliki sejarah panjang dalam urusan publik Ekuador. Namun, secara keseluruhan dia dipandang sebagai 'tokoh antagonis' di antara para penguasa.
Dikutip dari Newsweek, eks wartawan ini menempuh pendidikan di bidang jurnalistik dan komunikasi di Cooperative University of Columbia. Dia kemudian menikah dengan Veronica Sarauz dan pasangan itu dikaruniai lima orang anak.
ADVERTISEMENT
Sebelum berkiprah di politik, sosok Villavicencio mulai terkenal sejak dia bekerja sekaligus menjadi pemimpin Serikat Pekerja di sebuah perusahaan minyak milik negara, Petroecuador. Dia memainkan peran penting dalam membongkar skandal korupsi yang melibatkan pemerintahan eks Presiden Rafael Correa.
Correa menjabat sebagai Presiden Ekuador dari periode 2007 hingga 2017 dan dijatuhi hukuman atas kasus korupsi tiga tahun kemudian.
Semasa hidupnya, Villavicencio menjadi pengkritik Correa yang paling vokal. Sehingga, dia pun dituduh mencemarkan nama baik Correa dan dijatuhi hukuman 18 bulan penjara. Villavicencio dilaporkan pergi dari negara kelahirannya dan menjadi suaka politik di Peru.
Saat masih menjadi wartawan, Villavicencio memproleh dokumen-dokumen program pengawasan pemerintah yang memperlihatkan bahwa Ekuador bekerja sama dengan perusahaan asal Italia untuk memata-matai jurnalis dan musuh politik.
ADVERTISEMENT
Villavicencio bersama rekannya kemudian mengirim dokumen rahasia tersebut ke WikiLeaks — yang mana pendiri website itu sendiri, Julian Assange, menjadi target mata-mata pemerintah Ekuador.
Ekuador Jadi Negara Gagal
New York Times melaporkan, setelah masa hukuman Villavicencio berakhir, dia kembali ke Ekuador dan terpilih menjadi anggota parlemen. Dia memenangkan kursi di Majelis Nasional sebelum Presiden Guillermo Lasso membubarkan parlemen, usai menghadapi pemakzulan atas tuduhan penggelapan harta.
Pembubaran parlemen yang dilakukan Lasso juga memicu terjadinya pemilu lebih awal di Ekuador. Pemungutan suara dijadwalkan digelar pada 20 Agustus bulan ini — di mana Villavicencio seharusnya ikut mencalonkan diri.
Dalam kampanye politiknya, Villavicencio mencalonkan diri sebagai kandidat antikorupsi di tengah maraknya praktik serupa di negara Amerika Selatan tersebut. Dia maju mewakili koalisi Build Ecuador Movement, yang mengedepankan isu soal keamanan individu dan pemberantasan narkoba.
ADVERTISEMENT
Villavicencio berada dalam posisi kedua dalam persaingan dengan delapan capres lainnya. Namun, nahas dia ditembak mati sebelum para pemilih dapat memberikan suara mereka.
Tak lama setelah kabar penembakan Villavicencio tersebar di media sosial, Correa memberikan komentar. "Mereka telah membunuh Fernando Villavicencio," tulisnya di X, tanpa merinci siapa pembunuhnya.
"Ekuador telah menjadi negara yang gagal," sambung Correa.