Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Video ricuh pembubaran pertunjukan kuda lumping antara ormas Forum Umat Islam (FUI) dan warga di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, menyita perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Musababnya, terjadi aksi saling pukul, yang berujung pelaporan ke polisi. Sampai saat ini, polisi telah menetapkan tersangka berinisial S dalam kasus itu. S merupakan anggota FUI Medan yang juga kepala lingkungan (kepling) di lokasi kejadian.
Lalu bagaimana sebenarnya sepak terjang ormas FUI ini di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Berikut informasi yang kumparan rangkum, juga berdasarkan wawancara dengan Ketua FUI Medan Nursarianto.
Dari keterangan Ketua FUI Medan, Nursarianto, organisasi ini sudah 13 tahun berdiri di Sumatera Utara. Saat ini diketuai Indra Suheri, sebagai pimpinan di Sumut.
“FUI ini, diciptakan dalam rangka menyalurkan aspirasi umat Islam, kemudian yang kedua, membantu persoalan yang terjadi di tengah umat Islam,”ujar Nursarianto, kepada kumparan , Jumat (9/4)
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh yang dilakukan, kata Nursarianto, melakukan aksi penolakan penghancuran masjid di Kota Medan.
“Selama ini yang sudah kita lakukan, tindak lanjuti masalah pemindahan masjid, penghancuran masjid, kemudian ada delik yang lain juga yang kita bantu,”ujar Nursarianto.
Dari catatan kumparan, selama 2 tahun belakangan FUI memang kerap berunjuk rasa ke lapangan bersama organisasi Islam lainnya. Ragam isu mereka sikapi. Mulai dari penghancuran masjid hingga protes hasil Pilpres 2019.
Berdasarkan penelusuran kumparan pada Jumat 25 Oktober 2019, FUI bergabung dengan Aliansi Penyelamat Masjid Amal Silaturahmi (APMAS).
Mereka berunjuk rasa di depan Rumah Susun (Rusun) Perumahan Nasional (Perumnas) Kecamatan Medan Area terkait masalah pengerusakan masjid.
Lalu bersama Aliansi Umat Islam Bersatu, mereka mendatangi Polres Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, pada Jumat, 15 Februari 2019. Persoalannya dipicu pemeriksaan tokoh umat Islam, sekaligus Ketua Kesatuan Aksi Umat Islam (KAUMI) Sumatera Utara, ustaz Irfan Hamidi.
Selanjutnya mereka juga turun aksi menolak, hasil Pilpres tahun 2019. FUI bergabung bersama Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR). Mereka berunjuk rasa di DPRD, Bawaslu, hingga KPU Sumut.
ADVERTISEMENT
Kata Nursarianto selain menyampaikan aspirasi umat, pihaknya juga memiliki program membina umat Islam agar mencintai agama dan negaranya.
“Yang terpenting, kita di negara NKRI, kita harus patuh dengan NKRI, jadi satu kesatuan UUD 1945, menjadi bagian yang kita perjuangkan. Kita bukan ideologi teroris, radikal,” ujar Nursarianto.
“Artinya, kalau ada isu pembelaan terhadap umat Islam, kita lakukan aspirasinya, tapi (tetap) dengan koordinasi dengan TNI/Polri dan tidak melakukan anarkis. Itu dilarang,” ujarnya.
Nursarianto juga menjelaskan dari sepengetahuannya organisasi FUI ini memiliki akta pendirian hingga ke pusat.
“Pendiriannya sampai ke pusat, artinya levelnya sampai ke pusat,” ujarnya.
Dalam wawancaranya Nursarianto mengaku organisasi ini tidak mapan seperti organisasi Islam lainnya. Karenanya, anggotanya terbanyak hanya di Kota Medan.
ADVERTISEMENT
“Ini karena kita ini bukan organisasi yang mapan, jadi terbentuknya kabupaten/kota tidak begitu maju dan lancar. Hanya di beberapa kab/kota, terbatas pembentukannya,’’ ujarnya.
“Jumlah pasti anggota pastinya saya tidak tahu, (banyak) yang keluar masuk,” lanjut dia.