Profil Kanselir Baru Jerman Friedrich Merz dan Arah Hubungannya dengan AS

24 Februari 2025 13:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin dan kandidat utama kanselir Uni Demokratik Kristen Jerman (CDU) Friedrich Merz. Foto: John Macdougall/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin dan kandidat utama kanselir Uni Demokratik Kristen Jerman (CDU) Friedrich Merz. Foto: John Macdougall/AFP
ADVERTISEMENT
Friedrich Merz resmi menjadi kanselir Jerman setelah aliansi konservatif CDU/CSU yang dipimpinnya memenangkan pemilu federal, Minggu (23/2). Kanselir adalah kepala pemerintahan, setara dengan perdana menteri di negara lain.
ADVERTISEMENT
Kemenangan ini menandai kembalinya oposisi ke tampuk kekuasaan setelah pemerintahan Olaf Scholz runtuh akibat pecahnya koalisi.
Pria berusia 69 tahun itu bukan wajah baru di politik Jerman. Namun, ia berbeda dari para pendahulunya. Siapakah dia?
Pemimpin dan kandidat utama kanselir Uni Demokratik Kristen Jerman (CDU) Friedrich Merz. Foto: Annegret Hilse/REUTERS
Tak pernah menjabat sebagai menteri, Merz justru menghabiskan sebagian besar kariernya di dunia bisnis sebelum kembali ke politik.
Ia dikenal sebagai politisi konservatif yang vokal dan sering bertentangan dengan Angela Merkel—Kanselir Jerman 2005-2021.
Lahir di Sauerland, Jerman barat, Merz pertama kali masuk Parlemen Eropa pada 1989 sebelum menjadi anggota Bundestag pada 1994.
Ia sempat memimpin fraksi CDU/CSU di parlemen tapi tersingkir saat Merkel naik ke puncak kekuasaan.
Setelah itu, ia meninggalkan politik dan sukses di sektor keuangan, termasuk sebagai pengacara dan pelobi.
ADVERTISEMENT
Namun, kepergiannya dari politik tak berlangsung lama. Saat Merkel bersiap pensiun, Merz kembali dan akhirnya memimpin CDU pada 2022 setelah dua kali gagal naik ke puncak pimpinan.
Di bawah kepemimpinannya, CDU bergeser lebih konservatif, terutama dalam isu imigrasi dan kriminalitas.

Hubungan Merz dan AS

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato usai dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat di Rotunda Gedung Capitol, Washington, DC, Senin (20/1/2025). Foto: Chip Somodevilla/Pool via REUTERS
Awalnya, Merz menampilkan diri sebagai pemimpin pro-Amerika yang dianggap siap bernegosiasi langsung dengan Donald Trump.
Namun pendekatan itu berubah setelah Trump mengeluarkan pernyataan yang menuduh Ukraina memulai perang dengan Rusia tiga tahun lalu. Trump juga sempat menggambarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai "diktator".
Merz yang sebelumnya dikenal sebagai transatlantisis konservatif—pemimpin yang mendukung hubungan erat antara Eropa-AS, langsung menanggapi komentar Trump dengan nada tajam.
Ia menyebut pernyataan tersebut sebagai “pembalikan klasik dari narasi pelaku-korban”.
ADVERTISEMENT
Merz juga menganggap Trump kini “mengadopsi” cara pandang Vladimir Putin.
Pemimpin partai Christian Democratic Union (CDU) Friedrich Merz berbicara di kantor pusat partai, setelah hasil exit poll diumumkan untuk pemilihan umum 2025, di Berlin, Minggu (23/2/2025). Foto: Stefanie Loos/AFP
Meski mengkritik Trump, Merz paham bahwa Jerman tetap harus menjaga hubungan dengan AS.
Baginya, respons terbaik Eropa terhadap ketidakpastian di Washington adalah memperkuat solidaritas internal dan membangun kapasitas pertahanan sendiri.
“Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menyatukan tindakan kita di Eropa secepat mungkin,” kata Merz, mengutip Guardian.
Pernyataan itu menunjukkan sikap Merz yang lebih realistis dalam melihat kebijakan luar negeri AS dibanding Scholz.
Ia memahami bahwa Eropa tak bisa lagi bergantung penuh pada perlindungan Washington, terutama jika Trump kembali berkuasa dengan kebijakan “America First”-nya.

NATO, Rusia, dan Posisi Jerman di Eropa

Kandidat kanselir konservatif Jerman dan pemimpin partai Christian Democratic Union (CDU) Friedrich Merz berbicara dengan istrinya Charlotte Merz setelah hasil exit poll diumumkan untuk pemilihan umum 2025, di Berlin, Jerman, Minggu (23/2/2025). Foto: Stefanie Loos/AFP
Di bawah Merz, Jerman diperkirakan akan lebih agresif dalam memperkuat NATO.
Pria kelahiran 11 November itu berjanji memenuhi dan bahkan melampaui target belanja pertahanan 2 persen dari PDB, arah yang sering dikeluhkan AS di bawah Trump.
ADVERTISEMENT
Merz juga bersikap lebih tegas terhadap Rusia. Ia menegaskan bahwa Jerman harus meningkatkan dukungan untuk Ukraina, termasuk mengirim rudal jelajah Taurus yang sebelumnya ditolak Scholz.
Sikap ini kontras dengan Trump, yang mengkritik bantuan Barat ke Kiev dan bahkan menyebutnya sebagai beban bagi AS.
Tapi, ada potensi gesekan jika Trump menekan Jerman untuk lebih banyak berkontribusi dalam NATO sambil mengancam akan mengurangi komitmen pertahanan AS di Eropa.
Merz bukan Merkel, dan sejumlah pakar memprediksi ia tak akan mengikuti pendekatan Scholz yang cenderung berhati-hati. Dengan latar belakang bisnisnya, Merz mungkin akan tetap berusaha menjalin hubungan pragmatis dengan Washington.