Profil Liz Truss: PM Baru Inggris yang Idolakan Margaret Thatcher

5 September 2022 19:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: Hannah McKay/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Foto: Hannah McKay/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Parlemen Inggris pada Senin (5/9) telah menentukan sosok pengganti Boris Johnson sebagai pemimpin Partai Konservatif sekaligus perdana menteri berikutnya, yakni Elizabeth Truss (47).
ADVERTISEMENT
Truss berhasil mengumpulkan mayoritas suara terbanyak dan menyingkirkan pesaingnya, mantan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak.
Hasil pemungutan suara parlemen menunjukkan, Truss memperoleh suara sebesar 57,4% sementara Sunak 42,6%. Ia pun resmi menjadi perdana menteri keempat Inggris dari Partai Konservatif.
Lantas, siapakah sosok Truss yang sekaligus menjadi perdana menteri wanita ketiga di Inggris itu? Berikut kumparan rangkum profil singkat Elizabeth Truss yang telah disadur dari berbagai sumber.

Idolakan Iron Lady Inggris, Margaret Thatcher

Lahir pada 26 Juli 1975 di Oxford, Inggris, Truss tumbuh di kalangan keluarga yang berprofesi sebagai guru dan perawat. Dia dibesarkan oleh orang tua yang mendukung Partai Buruh, pendukung Demokrat Liberal. Semasa kecilnya, ia sangat mengidolakan perdana menteri wanita pertama Inggris yang dijuluki Iron Lady, Margaret Thatcher.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang ke 7 tahun, ia sempat memerankan peran Thatcher dalam sandiwara pemilu di sekolahnya. Namun saat itu ia kalah. Bertahun-tahun kemudian, ia kembali mengenang momen tersebut.
“Saya menyabet kesempatan (untuk menjadi Thatcher) dan memberikan pidato dengan sungguh-sungguh saat kampanye, tapi berakhir dengan nol suara. Saya bahkan tidak memilih diri saya sendiri,” ungkap Truss, seperti dikutip dari BBC.
Kini, Truss berhasil mewujudkan impian itu dan benar-benar menjadi perdana menteri sesungguhnya, seperti idolanya.
Margaret Thatcher Foto: @barronessmargaretthatcher
Dilansir dari situs resmi pemerintahan Inggris, Truss kemudian melanjutkan studinya di fakultas filsafat, politik dan ekonomi di Merton College, Oxford.
Ia aktif dalam politik mahasiswa dan mendukung Partai Demokrat Liberal. Dua tahun kemudian ia berpindah haluan ke Partai Konservatif dan berbicara soal dukungannya atas penghapusan monarki pada konferensi partai 1994.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai akuntan di berbagai perusahaan ternama, seperti Shell dan Cable&Wireless. Ia kemudian menikah dengan sesama akuntan, Hugh O’Leary pada 2000. Keduanya dianugerahi dua anak perempuan yang kini sudah remaja.
Sebelum menyentuh parlemen Inggris, Truss sempat mencalonkan diri sebagai kandidat Tory (Partai Konservatif) untuk Hemsworth, Yorkshire Barat, dalam pemilu 2001. Namun kala itu ia kalah. Truss juga mengalami kekalahan lain di Calder Valley dan di West Yorkshire pada 2005.

Bergabung di Parlemen Inggris Sejak 2010

Truss mulai bergabung di parlemen Inggris pada 2010. Sejak itu, ia mulai merintis berbagai jenis jabatan di kementerian hingga akhirnya setelah satu dekade berada di pemerintahan Inggris, ia diangkat sebagai Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan pada 15 September 2021.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Truss diangkat sebagai Menteri Perempuan dan Kesetaraan pada 10 September 2019. Dia terpilih sebagai anggota parlemen Partai Konservatif untuk Norfolk pada 2010.
Menteri Luar Negeri Inggris dan kandidat kepemimpinan Konservatif Liz Truss di dekat gedung Parlemen, di London, Inggris. Foto: Toby Melville/REUTERS
Saat Boris Johnson masih menjadi perdana menteri pada 2019, Truss dipercayakan sebagai menteri perdagangan internasional. Kemudian di usianya ke-46 tahun, pada 2021 ia mengambil alih jabatan Dominic Raab sebagai menteri luar negeri.
Sebagai menteri luar negeri, Truss menjadi semakin aktif di media sosial, mendokumentasikan perjalanan diplomatiknya ke seluruh dunia secara lengkap.
Dan ketika Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina pada Februari lalu, ia menjadi salah satu pihak yang mengambil sikap tegas, bersikeras agar semua pasukan Moskow harus diusir dari negara itu. Namun ia dikritik dari dalam negeri, sebab dinilai mendukung orang-orang dari Inggris yang ingin ikut berperang di Ukraina.
ADVERTISEMENT