Profil Magomed Tushaev, Panglima Perang Chechnya yang Tewas di Ukraina

1 Maret 2022 17:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tentara pasukan khusus Chechnya. Foto: Alexander NEMENOV/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tentara pasukan khusus Chechnya. Foto: Alexander NEMENOV/AFP
ADVERTISEMENT
Pemimpin wilayah Chechnya dan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov, mengerahkan pasukan untuk membantu menginvasi Ukraina pada pekan lalu. Pertempuran lantas berkecamuk di Ibu Kota Kiev.
ADVERTISEMENT
Usai pertempuran, Ukraina dilaporkan berhasil mempertahankan kendali atas jantung negaranya. Pasukan khusus Chechnya itu terkikis dalam perlawanan.
Pasukan Ukraina menghancurkan konvoi 56 tank di luar Ibu Kota Kiev pada Selasa (1/3/2022). Dua prajurit Chechnya tewas dan enam lainnya terluka. Seorang jenderal pasukan khusus Chechnya, Jenderal Magomed Tushaev, turut dilaporkan tewas.
Panglima perang utama itu tewas dalam pertempuran di Bandara Hostomel. Sebagaimana dilansir dari The Sun, Tushaev merupakan komandan Resimen Bermotor ke-141 dari Pengawal Nasional Chechnya. Tushaev juga merupakan penasihat utama dan komandan militer untuk Kadyrov.
Tidak ada pasti soal tempat dan tanggal lahir Tushaev. Orang ini seperti diselimuti misteri besar.
Aksi bela hak LGBT di Chechnya Foto: Reuters/Neil Hall
Meski demikian, sebelum ditugaskan ke Ukraina, Tushaev dikenal atas pembantaian brutal terhadap kelompok minoritas LGBT+ di Chechnya sejak 2017 lalu. Sejumlah kelompok HAM mengatakan, Tushaev turut terlibat dalam kekerasan teranyar pada Mei 2021.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, seorang pria berorientasi homoseksual diculik di dekat stasiun kereta bawah tanah di Novogireyevo. Pria Bernama Ibragim Selimkhanov itu disekap agar membeberkan informasi tentang jurnalis dan aktivis HAM yang membantu kelompok LGBTQ+ di Kaukasus.
Selimkhanov kemudian berhasil melarikan diri kembali ke Moskow usai ditahan selama berhari-hari. Peran Tushayev dalam kasus-kasus penculikan tidak diketahui. Tetapi, organisasi HAM mengkonfirmasi keterlibatannya.
Laporan penumpasan anti-LGBTQ Chechnya pertama kali mencuat pada Desember 2016. Pihak berwenang Chechnya menculik para pria yang dicurigai berorientasi homoseksual. Mereka menggunakan dalih penggunaan narkoba untuk melangsungkan penyekapan.
Aksi bela hak LGBT di Chechnya Foto: Reuters/Neil Hall
Organisasi nirlaba Jaringan LGBT Rusia merilis laporan setebal 31 halaman pada Agustus 2017 untuk membuktikan kekerasan sistemik tersebut. Laporan menunjukkan, para pelaku menggunakan berbagai metode penyiksaan untuk menghukum tahanan.
ADVERTISEMENT
“(Mereka menggunakan) sengatan listrik, pemukulan, kelaparan, dehidrasi, isolasi, ketelanjangan paksa, penghinaan homofobia, dan kesalahan penyebutan gender,” ungkap laporan tersebut, seperti dikutip dari LGBTQ Nation.
Para korban hanya diperbolehkan tidur di lantai beton dingin selama tiga jam dalam sehari. Mereka tidak diperkenankan untuk mandi maupun menggunakan toilet.
Perempuan juga terperangkap dalam tindakan kekerasan tersebut. Mereka kerap diserahkan kepada keluarga mereka untuk dilecehkan, dipenjara, atau dibunuh.
Otoritas Chechnya menyalahkan keluarga korban karena telah membesarkan ‘musuh publik.’ Keluarga korban turut dihukum jika tidak membantu menganiaya dan membunuh korban. Pembantaian itu disebut sebagai ‘pembunuhan demi kehormatan.’
Selain keterlibatannya dalam kekejaman terhadap kelompok LGBTQ+, tak banyak yang diketahui soal tangan kanan Kadyrov itu.