Profil Merck & Co, Pengembang Obat Corona Pertama di Dunia Molnupiravir

6 November 2021 20:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Obat corona yang saat ini menjadi perbincangan publik, Molnupiravir, dikabarkan akan tiba di Indonesia dalam waktu dekat. Pemerintah mengupayakan agar obat ini dapat tersedia di Tanah Air pada akhir 2021.
ADVERTISEMENT
Dalam uji klinisnya, obat oral ini dikabarkan dapat menurunkan risiko rawat inap hingga kematian pada pasien COVID-19 bergejala ringan. Bahkan, penurunannya mencapai 50%.
Dengan hasil uji klinis yang baik, obat ini tampak sebagai game changer bagi sejumlah negara. Inggris pun menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui obat ini. Di Negeri Ratu Elizabeth II itu, obat ini dipasarkan dengan nama “Lagevrio”.
Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
Molnupiravir diproduksi oleh perusahaan Amerika Serikat Merck & Co. Dalam pengembangannya, Merck bekerja sama dengan Ridgeback Biotherapeutics.

Profil Merck & Co

Ilustrasi Molnupiravir. Foto: Shutter Stock
Dikutip dari Reuters, Merck & Co adalah perusahaan global dalam sektor kesehatan. Produk yang diproduksi dan dikembangkan mulai dari obat-obatan, vaksin, terapi biologi, hingga produk kesehatan untuk hewan.
ADVERTISEMENT
Perusahaan dibangun sejak 1891 ini bermarkas di Kenilworth, negara bagian New Jersey, Amerika Serikat. Merck beroperasi dalam dua segmen, yakni Farmasi dan Kesehatan Hewan.
Segmen pertama, yakni Farmasi, meliputi obat-obatan manusia dan produk vaksin. Obat-obatan yang diproduksi Merck mengandung agen terapeutik dan agen preventif, sebagai perawatan obat manusia.
Mereka melakukan penelitian untuk memproduksi obat atau vaksin yang digunakan dalam melawan sejumlah penyakit, mulai dari kanker, penyakit menular seperti HIV dan Ebola, serta penyakit hewan menular.
Dikutip dari laman resmi Merck, mereka juga memiliki perjanjian dengan perusahaan Johnson & Johnson (J&J) dalam produksi vaksin COVID-19.
“Pada Maret 2021, kami mengumumkan perjanjian dengan BARDA untuk mengadaptasi dan menyediakan sejumlah fasilitas pabrik perusahaan untuk produksi vaksin dan obat COVID-19. Sebagai tambahan, kami mengumumkan persetujuan dengan Johnson & Johnson untuk mendukung produksi dan suplai vaksin COVID-19 Johnson & Johnson,” demikian dikutip oleh kumparan pada Sabtu (6/11).
ADVERTISEMENT
Merck juga memproduksi vaksin untuk sejumlah penyakit, seperti vaksin Ebola, Hepatitis B, dan HPV (virus penyebab kanker serviks).
Salah satu obat yang sempat menghebohkan publik, yakni Ivermectin, juga diproduksi oleh Merck. Obat ini diproduksi di bawah nama Stromectol.
Sejumlah warganet sempat menuduh Molnupiravir merupakan obat yang diolah kembali dari Ivermectin, tetapi klaim tersebut langsung dibantah oleh sejumlah ahli.
Menurut mereka, Ivermectin dan Molnupiravir tidak memiliki kandungan kimia yang sama.
“Satu-satunya kemiripan antara dua obat adalah keduanya dibawa ke FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) untuk mendapatkan persetujuan pasar oleh Perusahaan Merck,” ujar Direktur Klinis di Divisi Penyakit Menular John Hopkins Medicine, Paul Auwaerter.
Pada sektor Kesehatan Hewan, Merck mengembangkan, memproduksi, dan menjual obat-obatan dan vaksin hewan. Mereka juga menyediakan layanan dan solusi manajemen kesehatan untuk pencegahan, perawatan, dan pengendalian penyakit pada hewan ternak serta peliharaan.
ADVERTISEMENT