Profil Mike Waltz, Sosok di Balik Blunder Grup Chat Serangan ke Yaman

26 Maret 2025 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
ADVERTISEMENT
Mike Waltz menjadi sorotan setelah mengakui bertanggung jawab atas kesalahan dalam grup chat Signal yang melibatkan pejabat tinggi AS.
ADVERTISEMENT
Grup itu secara tidak sengaja memasukkan jurnalis dan membocorkan rencana serangan militer ke Yaman.
Waltz yang saat ini menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, adalah seorang veteran Pasukan Khusus (Green Beret) dan politikus Partai Republik.
Sebelum masuk ke dunia politik, ia memiliki pengalaman panjang di bidang pertahanan dan kebijakan luar negeri, termasuk bertugas di Afghanistan dan menjadi penasihat Gedung Putih.

Blunder Grup Chat yang Bocorkan Rencana Serangan

Kapal menembakkan rudal ke lokasi yang dirahasiakan, setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan serangan militer terhadap Houthi di Yaman, Sabtu (15/3/2025). Foto: Komando Pusat AS/HO/REUTERS
Kesalahan itu terungkap setelah Jeffrey Goldberg, Pemimpin Redaksi The Atlantic, mengungkap bahwa ia ditambahkan ke grup Signal yang berisi diskusi rahasia para pejabat senior AS, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Dalam wawancara dengan Fox News, Waltz mengakui dirinya yang membuat grup tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya bertanggung jawab penuh. Saya yang buat grup itu,” katanya.
Namun, ia mengaku tidak tahu bagaimana Goldberg bisa masuk ke grup itu. Ia pun telah meminta bantuan Elon Musk untuk menyelidiki insiden ini.

Siapa Mike Waltz?

Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
Pria berusia 51 tahun dengan aksen khas Selatan itu merupakan mantan anggota Kongres dari Florida yang menjabat selama tiga periode.
Ia juga dikenal sebagai tokoh tetap di Fox News, baik sebagai komentator maupun analis kebijakan luar negeri.
Merangkum berbagai sumber, sebelum memasuki dunia politik, Waltz bertugas di Afghanistan dan Afrika, naik pangkat menjadi kolonel dan menerima empat Bintang Perunggu, termasuk dua untuk keberanian di medan perang.
Ia juga merupakan Baret Hijau pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres.
ADVERTISEMENT
Waltz memiliki rekam jejak panjang dalam kebijakan pertahanan dan keamanan nasional.
Ia pernah menjabat di pemerintahan George W. Bush sebagai pejabat Pentagon dan penasihat Gedung Putih.
Suasana saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato dalam kongres di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa (4/3/2025). Foto: Allison Robert/AFP
Di Kongres, ia duduk di Komite Intelijen, Angkatan Bersenjata, dan Urusan Luar Negeri, serta menjadi anggota Gugus Tugas China DPR bersama 13 anggota Partai Republik lainnya.
Sebagai pendukung kuat kebijakan luar negeri konservatif, Waltz awalnya dikenal sebagai pendukung Ukraina.
Namun, sikap ini membuatnya kurang disukai loyalis Trump yang lebih ekstrem.
Meski demikian, pada November lalu, Trump menunjuknya sebagai Penasihat Keamanan Nasional, dan menyebutnya sebagai “pemimpin yang diakui secara nasional dalam keamanan nasional” dan “pakar dalam ancaman dari China, Rusia, Iran, dan terorisme global”.
Dalam pemilu 2024, Waltz menjadi salah satu pendukung utama kampanye Trump dan kerap mengkritik kebijakan luar negeri pemerintahan Biden-Kamala.
ADVERTISEMENT