Profil RM Margono: Kakek Prabowo yang Disebut Layak Jadi Pahlawan Nasional

10 November 2024 15:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Margono Djojohadikoesoemo. Foto: X/ @bni
zoom-in-whitePerbesar
Margono Djojohadikoesoemo. Foto: X/ @bni
ADVERTISEMENT
Nama Margono Djojohadikoesoemo masuk dalam salah satu dari 16 nama usulan Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang dinilai layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
Selain merupakan seorang bankir tersohor yang dekat dengan Presiden Sukarno, Margono merupakan kakek dari Presiden RI ke 8, Prabowo Subianto.
Berikut adalah profil lengkap Margono:
Margono Djojokadikusumo dikenal sebagai salah satu pionir dalam pembangunan ekonomi pasca-kemerdekaan. Ia merupakan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada 26 Januari 1946 silam.
Sebagai keturunan bangsawan, Margono dianugerahi kesempatan untuk belajar layaknya warga Belanda di masa kecilnya.
Ia merupakan cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide atau lebih dikenal dengan sebutan Panglima Banyakwide, pengikut setia dari Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas.
Pada tahun 1900 Margono mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) dan melanjutkan sekolah calon pegawai negeri atau Opleiding School voor Inlandsche Ambrenaren (OSVIA) di Magelang.
ADVERTISEMENT
Setelah itu ia pun melanjutkan sekolah ke Belanda.
Karier awalnya pun ia tempuh di Dinas Pengkreditan Rakyat. Ia bahkan berhasil menempati jabatan yang hanya bisa diduduki oleh Belanda karena kecakapannya.
Keberhasilan Margono dalam tugasnya membuat pejabat Hindia Belanda mengirimnya ke Belanda untuk membantu pada Kementerian Urusan Jajahan pada tahun 1937. Margono menduduki jabatan pada bagian urusan kesejahteraan yang tugas khususnya adalah mempelajari berbagai laporan dari pemerintah Hindia Belanda hingga tahun 1942. Saat itu, kekuasaan atas Indonesia jatuh ke tangan Jepang.
Jepang merombak beberapa skema perbankan di Indonesia pada saat itu. Tempat kerja Margono kini bernama Shomin Ginko atau Bank Rakyat.
Tidak hanya mengurusi kredit, Margono juga mengurusi masalah pangan seperti penyimpanan bahan makanan atau mengurusi lumbung makanan dari petani.
ADVERTISEMENT
Tidak lama, ia pun mendapatkan tugas untuk membantu di Keranto Mangkunegaran. Ia diminta untuk membentuk Departemen Perekonomian yang bertugas untuk mengawasi penyediaan bahan makanan di bawah penjajahan Jepang.
Margono diam-diam membantu rakyat dengan memanipulasi laporan hasil pertanian untuk kebaikan rakyat.
Tidak lama setelah itu, Jepang pun menyerah, Indonesia merdeka pada tahun 1945. Margono pun ditarik ke Istana oleh Sukarno dan Muhammad Hatta untuk menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) atau Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di masa sekarang.
Saat itu lah Margono mengusulkan untuk membentuk sebuah bank sentral atau bank sirkulasi. Inilah asal muasal bagaimana BNI berdiri.
Hubungan darah dengan Prabowo
Pada tahun 1915, Margono menikahi Siti Katoemi Wirodihardjo dan dikaruniai lima orang anak yakni Soemitro Djojohadokoesoemo, Soekartini Djojohadokoesoemo, Miniati Djojohadokoesoemo, Subianto Djojohadokoesoemo, dan Sujono Djojohadokoesoemo. Soemitro adalah ayah Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT