Profil Sukmawati, Putri Soekarno dan Kisah Spiritualnya hingga Pindah Agama

23 Oktober 2021 10:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konfrensi pers Sukmawati Soekarnoputri. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konfrensi pers Sukmawati Soekarnoputri. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Anak Presiden Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri memutuskan akan pindah agama dari Islam ke Hindu. Sukmawati akan menjalani ritual upacara Sudhi Wadani atau upacara pengukuhan atau pengucapan janji seseorang menyatakan menganut agama Hindu.
ADVERTISEMENT
Sukawati akan menjalani upacara Sudhi Wadani di The Sukarno Center, Bali, pada Selasa (26/10). Menurut salah seorang kerabatnya yang juga Kepala Sukarno Center Bali, Arya Wedakarna, Sukmawati memutuskan pindah ke agama Hindu tepat di usianya yang ke-70.
Sukmawati Soekarnoputri saat mengikuti upacara agama Hindu di Bali. Foto: Dok. Istimewa
Sukmawati lahir di Jakarta pada 26 Oktober 1951. Arya tak menjelaskan detail apa alasan Sukmawati pindah agama dari Islam ke Hindu. Dia hanya menyebut karena perjalanan spiritual yang selama ini dijalani oleh Sukmawati.
Sebelum memutuskan pindah agama, Sukmawati diketahui sering mengunjungi Pura dan juga ikut upacara keagamaan Hindu.
Nama Sukmawati memang tak asing. Sukma, begitu panggilannya, adalah anak keempat dari pasangan Soekarno dan Fatmawati. Sementara empat saudara kandung Sukma, yakni Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra, juga dikenal publik.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Sukmawati dipenuhi dengan nilai estetika seni dan juga politik. Dia bahkan sempat fokus mendalami dunia seni semasa kuliah. Sukma memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Tari LPKJ, Jakarta, tahun 1970-1974. Namun selanjutnya, dia memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Bung Karno Jakarta, pada 2003.
Pada 1998, Sukmawati kembali mendirikan partai besutan ayahnya dulu, Partai Nasional Indonesia, dengan nama PNI Soepeni. Nama itu diubah menjadi PNI Marhaenisme dan Sukma pun ditunjuk menjadi ketua umum pada 2002.
Selain itu, Sukmawati juga gemar menulis. Kecintaannya terhadap menulis, juga ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul Creeping Coup D'Tat Mayjen Suharto. Adapun, buku itu, berisi tentang memoar Sukma dalam memandang pergeseran jabatan presiden dari ayahnya ke presiden selanjutnya, Soeharto, pada pertengahan 1960-an.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016, nama Sukmawati disorot karena melaporkan Habib Rizieq, yang pada saat itu pimpinan FPI ke Bareskrim Polri.
SP3 Sukmawati dan Habib Rizieq Foto: Antara Foto
Sukma melaporkan Rizieq yang dia anggap telah melecehkan Pancasila. Terlebih, ayah Sukma, juga sebagai salah satu perumus Dasar Negara Indonesia. Sukma menilai Rizieq telah melanggar Pasal 154a KUHP tentang penodaan lambang negara.
Kemudian pada tahun 2018, Sukmawati kembali menjadi sorotan atas puisinya yang berjudul Ibu Indonesia. Puisi itu dia bacakan di dalam gelaran Indonesia Fashion Week 2018.
Bait-bait dalam puisi itu dianggap menyudutkan umat Islam. Atas polemik itu, Sukmawati meminta maaf.
Kemudian pada tahun 2019, Sukmawati dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Dia dilaporkan oleh seseorang bernama Ratih terkait pernyataannya dalam diskusi bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme, Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme'. Sukmawati dianggap menghina Nabi Muhammad SAW karena membandingkannya dengan Presiden ke-1 RI Sukarno.
Puisi Sukmawati di pagelaran Anne Avantie. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
Laporan yang ditunjukan kepada Sukmawati diterima pada Jumat (15/11) dan teregister dengan nomor LP/7393/XI/2019/PMJ Ditreskrimum. Sementara itu, Sukmawati menanggapi pelaporannya dengan meminta masyarakat melihat kembali video yang beredar dengan lengkap.
ADVERTISEMENT
=====
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews