Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Profil Universitas Al-Azhar Kairo yang Jadi Favorit Mahasiswa RI
20 Juni 2024 11:25 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Permasalahan mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar Kairo kembali mencuat imbas pengiriman masif selama belasan tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, kampus ini dikenal sukses menghasilkan banyak lulusan tersohor dalam keilmuan Islam di Indonesia. Nama-nama besar seperti mantan Menteri Agama Prof. Quraish Shihab, Ustaz Abdul Somad (UAS) hingga Ustaz Hanan Attaki (UHA) lahir dari sekolah bergengsi di Mesir itu.
Namun, zaman telah berubah. Kehidupan mahasiswa di sana kini menghadapi tantangan baru. Alih-alih fokus menimba ilmu, sejumlah mahasiswa memilih mencari cuan dan beberapa lainnya malah terjerumus dalam godaan pergaulan negatif.
Sisi lain mahasiswa Indonesia di Kairo ini disampaikan salah satu mahasiswa S3 Al-Azhar, M. Nuruddin, pada podcast Diptalk yang tayang di YouTube kumparan.
Seperti apa profil Universitas Al-Azhar Kairo yang selama ini dinobatkan sebagai salah satu kampus Islam terbaik dunia itu? Bagaimana kondisi mahasiswa Indonesia di sana?
Sejarah dan Reformasi Al-Azhar
Universitas Al-Azhar didirikan pada 970 M di Kairo, Mesir. Kampus ini merupakan salah satu institusi pendidikan tertua di dunia. Meski baru memperoleh status universitas resmi pada 1961, sejarahnya sebagai pusat pembelajaran Islam telah berlangsung lebih dari satu milenium.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Al-Azhar adalah sebuah madrasah (sekolah) yang mengajarkan siswa dari tingkat dasar hingga tinggi. Didirikan oleh Dinasti Fatimiyah Syiah, institusi ini dinamakan berdasarkan masjid di kawasan abad pertengahan Kairo yang dibangun pada 970 M dan secara resmi didirikan pada 988 M.
Dikutip dari situs resmi Al-Azhar, dahulu format pendidikan di sana relatif informal, tanpa persyaratan masuk, kurikulum formal, atau gelar. Mahasiswa kala itu mempelajari hukum Islam, Al-Quran, teologi, bahasa Arab, logika, tata bahasa, dan astronomi.
Pada abad ke-19, Al-Azhar mulai mengalami perubahan signifikan dengan diperkenalkannya persyaratan penerimaan, ujian, dan sejumlah mata pelajaran modern.
Program dan Kurikulum Modern
Kini, Universitas Al-Azhar tidak hanya fokus pada pengajaran Islam tapi juga menawarkan program di bidang bisnis, ekonomi, sains, kedokteran, teknik, dan pertanian.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Times Higher Education, Universitas Al-Azhar berada di antara peringkat 801–1.000 dunia pada 2024, dan menempati urutan universitas Arab ke-32 pada 2023.
Perpustakaannya dianggap sebagai perpustakaan terpenting kedua di Mesir, setelah Perpustakaan dan Arsip Nasional Mesir.
Seleksi bagi Mahasiswa Indonesia
Kementerian Agama RI menerapkan seleksi bagi calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di Al-Azhar. Uji kompetensi ini meliputi placement test dan matrikulasi bahasa Arab.
Dikutip dari situs resmi Kemenag, menurut Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Abu Rokhmad, setiap tahunnya Kedutaan Besar Mesir di Jakarta menyediakan 20 kuota beasiswa untuk mahasiswa Indonesia.
Disebutkan, seleksi dilakukan secara transparan melalui sistem komputer dan wawancara untuk melihat kemampuan bahasa, hafalan, serta wawasan Islam dan kebangsaan calon mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Dalam seleksi yang masih berlangsung tahun ini, sebanyak 1.596 orang dinyatakan lolos pada tahap pertama Uji Kompetensi (Ikhtibâr Tashfiyah/Tahdîd Mustawâ). Selanjutnya, para calon mahasiswa baru Al-Azhar Kairo mengikuti tahap tes wawasan kebangsaan yang diadakan medio Juni 2024.
Pembeludakan dan Dampaknya
Namun, meski seleksi sudah diterapkan, jumlah mahasiswa Indonesia di Al-Azhar tetap membeludak. Saat ini, terdapat sekitar 15 ribu mahasiswa Indonesia di Mesir. M. Nuruddin, mengungkap beragam masalah yang ditimbulkan imbas pembeludakan tersebut.
"Ini eksesnya dari pembeludakan yang tidak terkontrol. Sekarang muncul stigma-stigma negatif terkait alumni Al-Azhar. Ada lulusan yang bacaan Al-Quran-nya tidak fasih, menolak menjadi khatib Jumat dengan alasan tawadu, padahal sebenarnya tidak bisa," kata Nuruddin kepada kumparan.
Nuruddin dan mantan mahasiswa Al-Azhar lainnya, Rudi Chandra, menekankan pentingnya seleksi ketat untuk memastikan hanya siswa yang benar-benar berkompeten yang bisa melanjutkan studi ke sana.
ADVERTISEMENT
Seleksi yang ketat dianggap dapat meningkatkan tingkat kesuksesan akademik dan mengurangi masalah sosial di kalangan mahasiswa perantau.
Penelitian tesis Rudi menunjukkan seleksi ketat pada periode 2004-2009 berdampak positif pada akademik mahasiswa RI.
"Seleksi lebih ketat menghasilkan tingkat kesuksesan yang lebih baik bagi mahasiswa kita di sana," jelas Rudi.
Kemenag bersama Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) diharapkan turun tangan untuk meningkatkan kualitas seleksi hingga melakukan pembatasan sementara demi mengurangi pembeludakan mahasiswa Indonesia di Al-Azhar Kairo.