Profil Yahya Cholil Staquf, Caketum Kuat PBNU Penantang Said Aqil

8 Oktober 2021 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yahya Cholil Staquf. Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Yahya Cholil Staquf. Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya disebut-sebut sebagai sosok potensial yang akan maju menjadi kandidat caketum PBNU di Muktamar NU 23-25 Desember 2021. Gus Yahya berhadapan dengan Said Aqil yang maju di periode ketiga.
ADVERTISEMENT
Siapa Gus Yahya?
Gus Yahya lahir di Rembang Jawa Tengah pada 16 Februari 1966. Gus Yahya kini menjabat Katib Aam PBNU, di jabatan publik ia pernah menjabat Jubir Gus Dur hingga Wantimpres Jokowi di 2018.
Gus Yahya merupakan kakak dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut). Mereka memang lahir dan besar dari keluar santri.
Pendidikan formal Gus Yahya di Pesantren. Ia pernah menjadi murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta. Di jenjang perguruan tinggi, Gus Yahya melanjutkannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Ayah Gus Yahya merupakan tokoh NU sekaligus salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yaitu KH. Muhammad Cholil Bisri. Ibunya bernama Muchisnah. Selain itu, Gus Yahya juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus.
ADVERTISEMENT
Gus Yahya dibesarkan dalam tradisi keilmuan dan budaya Nahdliyin, tercatat ia bahkan pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.
Jokowi memberikan ucapan selamat kepada Yahya. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Kader NU, Nusron Wahid, menilai Gus Yahya kandidat yang layak menggantikan Said Aqil yang sudah 2 periode memimpin PBNU.
“[Tokoh muda] yang paling siap dan mempersiapkan diri Gus Yahya. Saya berharap potensi generasi muda NU bersama-sama membawa angin perubahan di dalam NU menuju transformasi dan penyegaran yang lebih fresh,” kata Nusron, Kamis (7/10).
Kontroversi
PM Israel Benjamin Netanyahu bertemu KH Yahya Cholil Staquf di kantornya di Jerusalem pada 14 Juni 2018. Foto: Twitter/@Netanyahu
Pada Juni 2018 Gus Yahya membuat heboh. Pasalnya ia datang langsung ke Israel untuk berdialog Organisasi Yahudi Israel America Jewish Commitee (AJC). Dia juga bertemu dengan PM Netanyahu.
Sejumlah kritik pedas dilontarkan. Mulai dari Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid hingga Politikus Gerindra Fadli Zon. Mereka menilai, sikap Indonesia sampai saat ini jelas terkait Israel bahwa selama Israel belum mengakui Palestina maka selama itu pula Indonesia tak mengakui Israel.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Gus Yahya dianggap membuat malu Indonesia dan tak peka terhadap perjuangan bangsa Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Yahya Cholil Staquf (ketiga kanan) dan rombongan bertemu PM Israel Benjamin Netanyahu (keempat kanan) di kantornya di Jerusalem pada 14 Juni 2018. Foto: Twitter/@netanyahu
Survei Indostrategic
Survei yang dilakukan oleh Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), memunculkan sejumlah nama yang dipilih oleh responden yang berasal dari segmen masyarakat yang memiliki kedekatan dengan NU, layak memimpin PBNU.
Nama-nama tersebut KH Marzuki Mustamar yang dipilih 24,7% responden; Disusul oleh KH Hasan Mutawakkil Alallah dengan 22,2%, lalu KH Said Aqil Siradj dengan 14,8%.
Selanjutnya, ada nama KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha dengan 12,4%; KH Yahya Cholil Staquf dengan 3,7%; KH Marsyudi Syuhud dengan 1,2%; KH Ahmad Fahrur Rozi Burhan dengan 1,2%; KH Ali Maschan Moesa dengan 1,2%; dan tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 18,5%.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, survei ini memiliki sejumlah catatan. Dari hasil crosed-tabulasi asal responden, Direktur eksekutif Indostrategic Khoirul Umam, menyatakan bahwa angka-angka dukungan warga Nahdliyyin terhadap nama-nama tokoh tersebut banyak disampaikan oleh warga NU berbasis di Jawa Timur.
Sehingga, menempatkan dua nama Kiai Senior asal Jawa Timur di dua posisi awal, yakni KH Marzuki Mustamar dan KH Hasan Mutawakil Alallah