Profil Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU 2021-2026

24 Desember 2021 10:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KH Yahya Cholil Staquf. Foto: Dok:  YouTube Islam and Liberty Network
zoom-in-whitePerbesar
KH Yahya Cholil Staquf. Foto: Dok: YouTube Islam and Liberty Network
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bersaing ketat head to head dengan petahana Said Aqil Siroj dalam perebutan kursi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 pada Muktamar Ke-34 PBNU di Lampung.
ADVERTISEMENT
Pemilihan berlangsung di Gedung Serba Guna Universitas Lampung, Lampung, Jumat (24/12). Voting yang berlangsung sejak Jumat (24/12) dini hari tadi berlangsung sangat ketat antara Gus Yahya dan Said Aqil.
Gus Yahya unggul perolehan suara 337 suara sementara Said Aqil 210 suara.
Gus Yahya resmi terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia akan menjabat di periode 2021-2026.
Hasil ini diraih usai pemilihan Ketua Umum PBNU memasuki tahap penyaringan bakal calon Ketua Umum. Ada dua yang memenuhi syarat sesuai Tatib Muktamar Ke-34 NU yakni petahana Said Aqil Siradj dan Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Di putaran pertama, Gus Yahya unggul dengan 327 suara, sementara Said Aqil Siradj mendapatkan 203 suara.
ADVERTISEMENT
Siapa Gus Yahya?
Said Aqil Siroj dan Yahya Cholil Staquf. Foto: kumparan
Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966. Pada jabatan publik ia pernah menjabat jubir Gus Dur hingga Wantimpres Jokowi di 2018.
Ia juga merupakan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Gus Yahya merupakan kakak dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas (Gus Yaqut). Keduanya lahir dan besar dari keluar santri.
Pendidikan formal Gus Yahya di pesantren. Ia pernah menjadi murid KH Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta. Di jenjang perguruan tinggi, Gus Yahya melanjutkannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas berkunjung ke kediaman Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (25/12/2020). Foto: Dok. Istimewa via ANTARANEWS
Ayah Gus Yahya merupakan tokoh NU sekaligus salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yaitu KH Muhammad Cholil Bisri. Ibunya bernama Muchisnah. Selain itu, Gus Yahya juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus.
ADVERTISEMENT
Gus Yahya dibesarkan dalam tradisi keilmuan dan budaya Nahdliyin, tercatat ia bahkan pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.
Kader NU, Nusron Wahid, menilai Gus Yahya kandidat yang layak menggantikan Said Aqil yang sudah 2 periode memimpin PBNU.
“[Tokoh muda] yang paling siap dan mempersiapkan diri Gus Yahya. Saya berharap potensi generasi muda NU bersama-sama membawa angin perubahan di dalam NU menuju transformasi dan penyegaran yang lebih fresh,” kata Nusron, Kamis (7/10).
Bercita-cita 'Hidupkan' Kembali Gus Dur di NU
Gus Yahya saat berada di kediaman Ma'ruf Amin Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Sebelum menjadi jubir Gus Dur, kedekatan Gus Yahya dengan Presiden ke-4 ini bermula dari pamannya, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, yang dekat dengan Gus Dur.
Ia pertama kali bertemu Gus Dur secara langsung lewat pamannya pada 1987. Gus Yahya mengaku sudah mengagumi Gus Dur lewat pemberitaan dan cerita pamannya sejak kecil. Sebelum resmi terpilih, ia pernah mengatakan akan menghidupkan kembali visi misi Gus Dur di NU jika menjadi Ketum.
ADVERTISEMENT
"Saya yakin kader-kader NU harus berani berpikir tentang NU, harus berani, karena kalau tidak, kita tidak akan ke mana, kalau tidak kita nanti hanya, kan, berebut remeh temeh seperti yang selama ini terjadi. Nah, maka mulai sekarang kita harus membangun mentalitas dan mindset baru," kata Gus Yahya dalam diskusi virtual bertajuk Ngopi Bareng dengan Gus Yahya dari Arena Muktamar NU, Selasa (21/12).
"Yaitu mindset berpikir tentang mandat peradaban. Sebetulnya mulai generasi saya sampai ke bawah sekarang, seharusnya ini bukan hal yang terlalu sulit karena sudah ada yang memberi contoh, sudah ada yang memulai, dan kita tinggal meneruskan. Siapa yang mulai berpikir tentang mandat peradaban? Ialah Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Gus Yahya berpandangan seharusnya saat ini NU meneladani visi dan pikiran Gus Dur semasa hidup. Apalagi Gus Dur melakukan perjuangan peradaban yang seharusnya dilanjutkan oleh NU.
"Kalau kita pikirkan, kita pelajari Gus Dur, pergaulan dan pemikirannya, pergulatan pergerakannya, pergulatan politiknya, kita bisa. Kita akan sampai pada kesimpulan bahwa Gus Dur melakukan perjuangan peradaban," kata dia.
Gus Yahya pun mengakui selama ini telah berupaya membangun strategi untuk kembali menghidupkan Gus Dur.
"Artinya menghidupkan Gus Dur. Nah, ini memerlukan strategi macam-macam, tapi substansi dari semua itu dan saya telah kerjakan selama ini adalah menghidupkan Gus Dur," jelas dia.
Kontroversi
PM Israel Benjamin Netanyahu bertemu KH Yahya Cholil Staquf di kantornya di Jerusalem pada 14 Juni 2018. Foto: Haim Zach/GPO Israel
Di sisi lain, pada Juni 2018 Gus Yahya pernah membuat heboh. Ia datang langsung ke Israel untuk berdialog Organisasi Yahudi Israel America Jewish Commitee (AJC). Dia juga bertemu dengan PM Netanyahu.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kritik pedas dilontarkan. Mulai dari Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid hingga Politikus Gerindra Fadli Zon. Mereka menilai, sikap Indonesia sampai saat ini jelas terkait Israel bahwa selama Israel belum mengakui Palestina maka selama itu pula Indonesia tak mengakui Israel.
Bahkan, Gus Yahya dianggap membuat malu Indonesia dan tak peka terhadap perjuangan bangsa Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Visi Gus Yahya tentang NU bisa dibaca di tulisannya di bawah ini: