Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Profil Yos Suprapto, Pelukis yang Dekat dengan Kritik Sosial Sejak Orde Baru
20 Desember 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pelukis kawakan Yos Suprapto kini ramai dibicarakan. Sebab, pameran lukisannya di Galeri Nasional Indonesia (Galnas), Jakarta, yang sedianya dibuka pada Kamis (19/12) malam urung dilaksanakan. Penyebabnya ada 'pemberedelan'.
ADVERTISEMENT
Pameran yang bertajuk "Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan' ini awalnya dijadwalkan berlangsung pada 20 Desember hingga 19 Januari 2025. Adapun Galnas adalah museum seni rupa modern dan kontemporer milik negara.
Yos mengatakan, sebelum pameran dibuka, kurator yang ditunjuk Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima di antara 30 lukisan, diturunkan. Namun dia menolak.
Lima lukisan yang diminta diturunkan itu bernada kritik sosial. Banyak kalangan menyebut sosok di lukisan itu wajahnya mirip Jokowi.
Galeri Nasional melalui akun Instagram resminya mengatakan dengan berat hati mengumumkan pembatalan pameran tersebut.
"Ditunda karena adanya kendala teknis yang tidak dapat dihindari," katanya, Jumat (20/12).
Lantas, seperti apa profil Yos Suprapto?
Yos Suprapto adalah seorang seniman kelahiran Surabaya yang memandang bahwa ide dan konsep kreatif dapat direpresentasi secara konvensional maupun nonkonvensional.
ADVERTISEMENT
Yos akrab dengan karya yang bertautan dengan masalah sosial, politik, lingkungan, khususnya isu pangan.
Dikutip dari tulisan Donny Pratidana dan Bima Agus Setyawan , Yos pernah terlibat sebagai aktivis mahasiswa yang menentang rezim Orde Baru. Ia juga pernah ikut menjadi kontributor dalam majalah bawah tanah 'Independen' sebagai ilustrator halaman sampul majalah tersebut.
Pada tahun 1994, ia mengangkat isu lingkungan dalam pameran tunggalnya bertajuk “Bersatu Dengan Alam” di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta. Pada 2001, Yos menggelar pameran tunggal bertema “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa” di Galeri Nasional (Galnas).
Pada tahun 2005, Yos kembali mengangkat isu sosial, kali ini dalam bentuk kritik atas korupsi di lingkungan elite birokrasi, melalui pameran tunggal bertajuk “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya melontarkan kritik pedas, Yos juga pernah melukis tentang warna-warni nelayan dalam karyanya bertajuk 'Arus Balik'. Di sana ia menggambarkan nelayan yang sedang melaut dengan filosofi Indonesia harus mengembalikan budaya bahari.
"Yos percaya budaya bahari yang perlahan ditinggalkan oleh rakyat Indonesia sebaliknya merupakan kekuatan vital bangsa kita untuk menuju kemakmuran," demikian yang tertulis dalam buku biografi itu.