Protes Tak Kunjung Surut, Presiden Peru Desak Kongres Percepat Pemilu

30 Januari 2023 12:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden sementara Peru Dina Boluarte setelah dilantik, di Lima, Peru. Foto: Sebastian Castaneda/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden sementara Peru Dina Boluarte setelah dilantik, di Lima, Peru. Foto: Sebastian Castaneda/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Peru, Dina Boluarte, pada Minggu (29/1), kembali menyerukan agar Kongres mempercepat pemilu.
ADVERTISEMENT
Boluarte sedang berusaha mengakhiri protes mematikan selama beberapa pekan terakhir. Bulan lalu, anggota parlemen sudah memajukan jadwal pemilu dari 2026 menjadi April 2024.
Kendati demikian, protes tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Boluarte lantas meminta agar pemilu berlangsung pada tahun ini. Kongres sempat menolak seruan itu pada Sabtu (28/1).
"Pindahkan pemilu menjadi 2023," seru Boluarte kepada anggota parlemen Peru, dikutip dari AFP, Senin (30/1).
"Besok Anda memiliki kesempatan untuk memenangkan kepercayaan negara," lanjut dia.
Boluarte merujuk pada sidang badan legislatif untuk membahas jadwal pemilu pada Senin (30/1). Bila usulannya tetap menghadapi penolakan Kongres, dia mengancam akan mengusulkan reformasi konstitusi untuk mewujudkan pemungutan suara tersebut.
Dengan demikian, putaran pertama pemilu akan berlangsung pada Oktober 2023 dan putaran kedua pada Desember 2023.
Petugas polisi berjalan menuju gedung yang terbakar selama protes 'Ambil alih Lima', di Lima, Peru, Kamis (19/1/2023). Foto: Sebastian Castaneda/REUTERS
Peru telah mengarungi krisis politik dengan protes jalanan yang terjadi hampir setiap hari sejak pendahulu Boluarte, Pedro Castillo, digulingkan dan ditangkap pada 7 Desember 2022.
ADVERTISEMENT
Dalam demonstrasi selama tujuh pekan terakhir, 48 orang tewas akibat bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa.
Aksi ini telah menarik penduduk asli dari daerah pedesaan miskin di wilayah selatan Peru. Demonstran menganggap Castillo—yang merupakan penduduk asli dari wilayah yang sama—akan berjuang mengakhiri kemiskinan, rasisme, dan ketidaksetaraan.
Pengunjuk rasa melanjutkan pertempuran dengan polisi dalam kabut gas air mata di Ibu Kota Lima pada Sabtu (28/1).
Menuntut pengunduran diri Boluarte, demonstran menyerukan pemilu baru. Massa telah memblokir jalan raya hingga menyebabkan kekurangan makanan, bahan bakar, dan pasokan dasar lainnya.
Pemerintah lalu mengumumkan akan segera mengerahkan polisi dan tentara untuk mencabut penghalang jalan.