Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, telah menjelaskan alasan instalasi seni bambu Getih Getah dibongkar pada Rabu (17/7) lalu. Ia menyebut karya seni itu pada awalnya diprediksi hanya bertahan 6 bulan.
ADVERTISEMENT
"Anggaran itu ke mana perginya? Perginya ke petani bambu. Uang itu diterima oleh rakyat kecil. Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya,” ujar Anies di Balai Kota, Jakarta, Jumat (19/7).
Rupanya, penyebutan kata 'Tiongkok' tersebut dirasa kurang pas menurut Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ketua DPP PSI, Tsamara Amany, menilai narasi Anies berupaya membangkitkan sentimen SARA.
"Kenapa Pak Anies harus menyebut Tiongkok untuk menjelaskan soal anggaran Rp 550 juta anggaran yang digelontorkan? Menurut saya, apa yang dilakukan Pak Anies adalah narasi konsisten dalam upaya membangkitkan sentimen SARA di mata publik," ketus Tsamara dalam keterangannya, Sabtu (20/7).
ADVERTISEMENT
"Dulu istilah yang digunakan pribumi, sekarang tiba-tiba bahas impor besi dari Tiongkok, apa kaitannya?" lanjutnya.
Menurut Tsamara, seharusnya Anies cukup menjelaskan bahwa karya seni itu hanya untuk menyambut Asian Games 2018. "Tidak usah membangun narasi aneh-aneh yang justru bangun sentimen SARA," ucapnya.
Ia beranggapan, Anies lama-kelamaan seperti Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kerap mengeluarkan pernyataan bernada SARA.
"Kalau tidak mampu menjelaskan mengapa harus mengeluarkan dana besar untuk waktu singkat, lebih baik tak usah membuat statement seperti ini. Lama-lama Pak Anies menjadi seperti Trump dengan bahasa yang lebih halus tapi sama-sama menggunakan narasi sentimentil seperti itu," tutupnya.