Puan Mengenang Almarhumah Ibu Negara, Fatmawati: Nenek Sekaligus Inspirasi

14 Mei 2022 19:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua DPR Puan Maharani memimpin Sidang Paripurna DPR RI. Foto: Youtube/DPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPR Puan Maharani memimpin Sidang Paripurna DPR RI. Foto: Youtube/DPR RI
ADVERTISEMENT
Tepat hari ini, 42 tahun lalu, Indonesia kehilangan Ibu Negara pertamanya, Fatmawati. Ia meninggal pada tanggal 14 Mei 1980 pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur, Malaysia, karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umrah dari Mekah.
ADVERTISEMENT
Kepergian Ibu Negara sekaligus penjahit Bendera Pusaka Merah Putih tersebut dikenang sang cucu, Puan Maharani. Dia mengatakan, Fatmawati merupakan sosok kebanggaan bagi bangsa dan negara.
"Ibu Fatmawati selain menjadi kebanggaan keluarga kami, Beliau juga adalah sosok kebanggaan masyarakat Bengkulu, dan kebanggaan bangsa Indonesia," kata Puan, Sabtu (14/5).
Puan mengaku selalu menjadikan sosok Fatmawati sebagai inspirasi. Dia menyebut, perjuangan Fatmawati yang mendukung Sukarno dalam memproklamirkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dinilai tak hanya sekadar pengabdian istri kepada suami, tapi juga seorang warga kepada negara dan bangsanya.
"Salah satu cerita yang paling menginspirasi dari Ibu Fatmawati adalah bagaimana ia turut menjahit Bendera Merah Putih, yang dikibarkan saat proklamasi kemerdekaan," ujar mantan Menko PMK ini.
Dewi Sartika, Fatmawati, dan R. A. Kartini. Foto: Wikimedia Commons
Puan menuturkan, saat itu, untuk mendapatkan bahan kain merah dan putih dalam ukuran sebesar bendera bukan lah hal yang mudah. Barang-barang eks impor semuanya berada di tangan Jepang.
ADVERTISEMENT
Fatmawati harus meminta bantuan Shimizu, orang yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia. Shimizu lalu mengusahakannya lewat seorang pembesar Jepang, yang mengepalai gudang di Pintu Air di depan eks Bioskop Capitol.
"Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat proklamasi kemerdekaan Indonesia," ucap Puan.
Lebih lanjut, Puan menceritakan, perjuangan Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisik yang cukup rentan. Fatmawati saat itu juga sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra.
Fatmawati menjahit bendera itu secara berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan hanya dengan tangan saja. Sebab dokter melarang ia menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit. Tak jarang, Fatmawati menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.
ADVERTISEMENT
"Bagi saya, Ibu Fatmawati adalah sosok yang mempunyai visi dan pandangan jauh ke depan. Atas jasa Beliau, kita bangsa Indonesia memiliki Bendera Pusaka Merah Putih yang dijahit dengan tangan Beliau sendiri dan dipersiapkan sebelum Indonesia merdeka," tutup Puan.
***
Ikuti program Master Class, 3 hari pelatihan intensif untuk para pelaku UMKM, gratis! Daftar Sekarang DI LINK INI.