Puluhan Ilmuwan RI dan AS Kunjungi Jejak Bersejarah Rumphius di Ambon

18 Juli 2017 19:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilmuwan Georg Everhard Rumphius (Foto: bernard.lagrelle.pagesperso-orange.fr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilmuwan Georg Everhard Rumphius (Foto: bernard.lagrelle.pagesperso-orange.fr)
ADVERTISEMENT
Puluhan ilmuwan Indonesia maupun Amerika Serikat mengunjungi lokasi bersejarah yang berkaitan dengan ahli botani berdarah Jerman, Georg Eberhard Rumphius, di Ambon.
ADVERTISEMENT
Sedikitnya ada 65 ilmuwan turut serta dalam kunjungan bertema "Rumphius Heritage Trail", yang juga sebagai kegiatan pembuka simposium para ilmuwan Indonesia dan Amerika (Indonesian-American Kavli Frontiers of Science Symposium 2017) di Ambon pada 17 - 21 Juli 2017.
Kunjungan tersebut menunjukan pentingnya Ambon sebagai lokasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia, yang juga tidak lepas dari karya Georg Eberhard Rumphius atau lebih dikenal dengan Rumphius.
Mengawali kunjungan, para ilmuwan dari dua negara mendatangi bangunan bersejarah peninggalan kolonial Hindia-Belanda di semenanjung Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, yakni benteng Amsterdam dan gereja Immanuel. Demikian dilaporkan Antara, Selasa (18/7).
Kedua bangunan bersejarah yang berada dalam wilayah administrasi desa Kaitetu itu, memiliki keterkaitan penting dengan masa kerja Rumphius sebagai tentara kolonial Belanda dan kemudian menyusun buku "Herbarium Amboinense" berisi katalog tanaman-tanaman yang ada di Pulau Ambon.
ADVERTISEMENT
Benteng Amsterdam awalnya hanya loji atau gudang penyimpanan rempah-rempah yang dibangun oleh pasukan Portugis pada 1512, di bawah pimpinan Fransisco Serrao pada 1512.
Sedangkan gereja Immanuel yang lebih dikenal dengan "Gereja Tua Hila" dibangun sekitar 1780 - 1781 di bawah pemerintahan Eillem Beth Iacobs, kepala comtoire Hila pada masa pemerintahan Gubernur Hindia-Belanda Bernardus van Pleuren.
Usai melihat-lihat dua bangunan bersejarah, para ilmuwan kemudian melanjutkan perjalanan melewati perpustakaan dan monumen Rumphius yang berada di Kota Ambon.
Mereka kemudian mengakhiri kunjungan dengan mengitari jalan A.Y. Patty yang pada masa penjajahan Hindia-Belanda dikenal sebagai kawasan pecinan Ambon.
Dari 65 ilmuwan yang mengikuti Rumphius Heritage Trail, 40 orang adalah ilmuwan asal Indonesia, sedangkan 25 orang lainnya dari Amerika Serikat. Mereka juga akan menghadiri Indonesian-American Kavli Frontiers of Science Symposium 2017 yang dijadwalkan dibuka pada 19 Juli 2017.
ADVERTISEMENT
Beberapa imuwan Amerika Serikat yang dipastikan akan menjadi pembicara di simposium itu adalah Alison Sweeney dari Universitas Pennsylvania, Yueh Lin Loo dari Universitas Princeton, Noah Planavsky dari Universitas Yale, dan Jessica Conroy dari Universitas Illinois.
Sedangkan dari Indonesia akan ada Thjin Wiguna dan Endah Triastuti dari Universitas Indonesia, Hawis Madduppa dari Institut Pertanian Bogor, dan Hary Devianto dari Institut Teknologi Bandung.
Sekilas Rumphius
Mengutip Wikipedia, Rumphius yang aslinya memiliki nama belakang Rumpf, lahir di Hessen tahun 1627 dan meninggal di Ambon, 15 Juni 1702. Karena terpesona dengan cerita tentang Maluku sebagai penghasil rempah-rempah, Rumpf mendaftarkan diri sebagai tentara VOC dan khayalannya tentang Maluku terwujud pada tahun 1653 saat armada VOC merapat di Ambon (armada ini juga yang berperang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa akibat persaingan perdagangan rempah-rempah dari Maluku).
ADVERTISEMENT
Rumpf tidak lama jadi tentara sebab panggilan jiwanya bukan sebagai militer. Ia meminta dipindahkan ke bagian sipil dan disetujui. Pada tahun 1656 Rumpf diangkat sebagai saudagar VOC di Larike, sebuah dusun terpencil di Semenanjung Hitu, pantai utara Ambon. Pada tahun 1660, ia menjadi saudagar di Hila.
Daripada memperkaya diri dan memperkaya VOC, Rumpf mulai terbuka matanya kepada dunia alam Pulau Ambon. Ia menikahi gadis Ambon dan mulailah mempelajari semua tanaman yang ditemuinya. Rumpf mempunyai ambisi ingin membukukan semua flora yang ada di Pulau Ambon.
Sejak saat itu Rumpf mempelajari, memaparkan, memberi nama dalam bahasa Ambon, Melayu, dan Latin semua tumbuhan yang dipelajarinya. Ia menggambar dengan teliti rupa tanaman yang dipelajarinya, menceritakan faedah khususnya untuk menyembuhkan penyakit (untuk ini ia banyak mendengarkan cerita penduduk setempat).
ADVERTISEMENT
Anak-isterinya membantunya dengan setia. Rumphius melakukan beberapa eksperimen dengan tanaman untuk benar-benar mengetahui khasiatnya.
Sampai tahun 1670, atau sekitar sepuluh tahun setelah Rumpf mempelajari tanaman-tanaman Ambon, ia mulai banyak mengadakan kontak dengan sejumlah sarjana dari Eropa.
Sejak itu namanya lebih terkenal sebagai "Rumphius" sesuai selera ilmu pengetahuan pada zaman itu (Renaisans) yang sedang gandrung akan nama-nama Latin atau Yunani.