Ilustrasi ibu menemani anak belajar.

Punya 1 HP, Ibu di Jakbar Harus Putar Otak agar 3 Anaknya Bisa Belajar Online

29 Juli 2020 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selvi Ubay Putri. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Selvi Ubay Putri. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Semenjak pandemi corona, Frida Hesti Purwanti (51), seorang ibu rumah tangga di Kemanggisan, Palmerah, Jakbar, aktivitasnya semakin padat. Yang biasanya mengurus keperluan dapur dan rumah, kini ia juga disibukkan dengan mendampingi tiga anaknya mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online di rumah.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya bagi waktu, ia juga harus atur strategi. Sebab, ia hanya menggunakan satu gadget untuk menemani anak-anaknya belajar daring.
“Cuma handphone kami satu, terpaksa ganti-gantian. Kalau banyak ZOOM meeting barengan, harus ada salah satu dikorbankan, terpaksa dua yang ngalah enggak kebagian ZOOM,” ujar Frida saat berbincang dengan kepada kumparan.
Wanita kelahiran Salatiga, Jateng, itu mendampingi tiga anak dengan tingkat kelas berbeda. Anak sulung, Selvi Ubay Putri (15) tengah duduk di kelas 9 di SMP Islam Al Isra Jakbar. Lalu, Lilian Ubay Putri (13) kelas 7 di SMP Stella Matutina Salatiga. Anak yang ketiga adalah Bella Ubay Putri (10), yang kini baru naik ke kelas 4 SD Al Isra Jakbar.
ADVERTISEMENT
“Lilian (sekolahnya) di Salatiga, karena adik saya bantu (Lilian) untuk belajar di kampung. Karena pandemi ini, jadi masih di sini, belajar online,” tambah Frida.
Bella Ubay Putri. Foto: Dok. Pribadi
Selain tiga anak itu, ia juga harus mengurus si bungsu, Habibi Wicaksono (6), yang tengah belajar di PAUD dekat rumahnya.
Karena ganti-gantian menggunakan ponselnya, anak-anaknya kerap ketinggalan pelajaran. Untuk itu, ia selalu berkomunikasi dengan pihak guru soal keadaannya. Misalnya, Lilian atau Selvi memang tidak bisa masuk ke ZOOM atau Google Classroom.
“Tiga sekolah berbeda semua, sepertinya ibu gurunya lebih mengerti, anak saya enggak bisa meeting ZOOM. Tidak apa-apa katanya, ada tugas tambahan. Kalau sudah selesai, aku fotoin. Kalau longgar, bisa masuk ke (Google) Classroom,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, Frida harus mengecek setiap grup WhatsApps untuk melihat penugasan ketiga anaknya. Seperti untuk grup untuk Lilian, ia harus tergabung dalam grup kelas besar, wali kelas, untuk wali murid, dan konseling. Jika ditotal, ada belasan grup yang harus dibaca.
Lilian Ubay Putri. Foto: Dok. Pribadi

Memori handphone kerap penuh untuk mengikuti belajar online

“Memorinya enggak muat, saya kan masuk di grup orang tua, udah enggak bisa download lagi, dan satu anak ini ada grup kelas, grup wali kelas, dan kelas keseluruhan. Handphone-nya tipe OPPO, enggak tahu (serinya), tipe lama,” tambahnya.
Untuk mengakali memori handphone yang penuh itu, ia langsung menghapus pesan yang sudah dikirim. Lalu, ia juga langsung mencetak penugasan jika memang diperlukan. Kemudian, isi grupnya dikosongkan.
ADVERTISEMENT
“Ya paling saya bukanya link, buka ngeprint, saya rasa berat karena satu anak ngeprint bisa empat lima halaman tugas-tugasnya. Sedangkan bapaknya kerjanya cuma jaga keamanan semacam hansip,” keluhnya.
Ilustrasi ibu menemani anak belajar. Foto: Shutterstock
Selain masalah gadget, ia juga dihadapkan dengan borosnya kuota internet untuk proses mendampingi anaknya belajar. Beruntung, ada warga sekitar yang menginisiasi program internet. Biasanya ia membayar Rp 2-3 ribu untuk 3 jam. Untuk paket seharian, ia bisa membayar Rp 5 ribu.
“Tapi kalau ada gangguan, ya harus beli kuota. Ini saya di depan kompor, kalau keluar pintu rumah, sinyal (wifi-nya) hilang,” ujarnya.
Meski di tengah keterbatasan, Frida mengatakan, semangat belajarnya anak-anak masih tinggi. Hanya saja, terkadang mereka rindu dengan suasana sekolah. Misalnya, bertemu dengan guru-guru dan teman-temannya.
ADVERTISEMENT
==
Dari kisah Selvi bisa terlihat bahwa metode PJJ memiliki banyak tantangan yang sangat kompleks di lapangan. Tidak hanya dengan memberikan handphone lalu kendala pelaksanaan PJJ akan selesai, bahkan lebih dari itu. Perlu aspek pendukung lainnya seperti ketersediaan jaringan yang memadai, hingga kuota internet yang cukup pula untuk mendukung para siswa/i dapat menjalankan PJJ semakin baik dan lepas dari berbagai macam kendala. Khususnya bagi para siswa/i yang berasal dari kalangan ekonomi rendah, fasilitas-fasilitas pendukung PJJ menjadi beban dan hambatan tersendiri bagi mereka untuk menjaga prestasi.
Melalui program #UnitGawaiDarurat #GadgetUntukSekolah, mari kita dukung anak-anak Indonesia dapatkan akses pendidikan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten