Putri Soleimani kepada Trump: Kematian Ayahku Bukan Akhir Segalanya

10 Januari 2020 7:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat membawa jenazah Qassem Soleimani.
 Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat membawa jenazah Qassem Soleimani. Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Rakyat Iran berkabung atas tewasnya Jenderal Qassem Soleimani. Pemakamannya pun dihadiri oleh puluhan ribu orang yang berduka.
ADVERTISEMENT
Mewakili keluarga, putri Soleimani, yaitu Zainab Soleimani, menyampaikan pidatonya. Zainab mengenal ayahnya sebagai ayah yang penuh kasih dan baik hati, baik untuk istri dan anak-anaknya.
"Lebih dari 40 tahun lamanya ayah saya berada dalam bahtera Asyura, bertempur melawan musuh dengan gagah berani demi mengharapkan kesyahidan," kata Zainab dalam sebuah siaran TV yang menyiarkan pemakaman Soleimani.
Masyarakat membawa poster Qassem Soleimani dan bendera Iran. Foto: Official Khamenei website/Handout via REUTERS
Tidak hanya itu, Zainab juga mengenah ayahnya sebagai sosok yang memiliki visi dan strategi besar, khususnya ketika berhadapan dengan musuh.
"Dalam medan pertempuran, kecintaannya kepada syahadah selalu mendorongnya untuk maju ke front terdepan. Keyakinannya kepada Allah membuat musuh yang kuat sekalipun menjadi lemah dalam pandangannya," tuturnya.
Menurut Zainab, ayahnya telah membuat banyak pihak takut, di antaranya para penindas, tiran, dan kaum takfiris. Bahkan ayahnya pun tak gentar melawan zionisme, takfirisme, dan kaum imperialis.
ADVERTISEMENT
"Hari ini, pemikiran dan jihad ayahku telah memperoleh kemenangan. Dunia telah memahami pesan, pemikiran jihad ayahku telah mengubah front perlawanan menjadi mazhab pemikiran dan memperoleh kemenangan," tuturnya.
Warga menyambut kedatangan jenazah Jenderal Qassem Soleimani di bandara internasional Ahvaz , di Ahvaz, Iran Foto: Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA via REUTERS
"Dunia telah memahami pesan pemikiran jihad Soleimani hingga kekuatan imperialisme, zionisme, dan takfirisme terlihat begitu hina," lanjutnya lagi.
Zainab menyebut kematian Soleimani menunjukkan persatuan antara Iran dan Irak. Yaitu dengan kebencian terhadap AS.
"Sebagaimana yang ayah saya katakan, hei Trump penjudi, upaya licikmu untuk pemisahan kedua negara, Iran dan Irak, betul-betul keliru secara strategis. Ketika kamu menumpahkan darah dari dua mujahid agung, maka darah dari Abu Mahdi dan Haj Qassem justru tercampur. Iran dan Irak kini malah disatukan oleh sejarah, dipersatukan oleh kebencian abadi mereka terhadap Amerika Serikat," tegasnya.
Protes terhadap pembunuhan Mayor Jenderal Iran Soleimani di depan kantor PBB di Teheran, Iran. Foto: WANA (West Asia News Agency)/Nazanin Tabatabaee via REUTERS
Zainab juga menegaskan kepada Trump bahwa kematian Soleimani bukanlah akhir dari segalanya.
ADVERTISEMENT
"Hei, Trump yang gila. Kau adalah simbol kebodohan karena mau saja jadi boneka zionis. Jangan berpikir dengan syahadah ayah saya segalanya selesai," tegasnya.
"Saya dan semua anak ayah saya bersumpah kami akan melanjutkan kehidupan dengan kenangan dan kebaikan ayah kami, dengan rezeki yang Allah berikan. Kami bersumpah untuk menjaga kemarahan kami kepada orang-orang zalim di bawah perintah Wali Faqih," pungkasnya.