Derap Pekerja IKN

PVMBG: Potensi Gempa Bumi di IKN Rendah

3 Juli 2023 16:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gempa datang lebih sering ke Kalimantan akhir-akhir ini. Pulau yang biasanya diguncang 12 kali gempa dalam setahun itu, pada 2023 ini sudah mengalami 36 kali gempa meski belum genap setahun.
Banyak yang bertanya-tanya apakah Kalimantan benar-benar relatif bebas gempa? Sebab, Ibu Kota Negara akan dipindah ke pulau itu salah satunya lantaran faktor gempa yang minim.
Berikut perbincangan kumparan dengan Supartoyo, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Peneliti PVMBG Supartoyo. Foto: Dok. Istimewa

Bagaimana potensi kerawanan gempa di Kalimantan?

Berbicara Kalimantan, kaitannya dengan potensi gempa bumi atau tsunami, perlu dilihat posisi tektoniknya dulu. Sebenarnya Kalimantan termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang posisi tektoniknya pasif margin. Artinya agak jauh berbatasan dengan aktif margin.
Aktif margin itu zona-zona yang berbatasan dengan interaksi dua lempeng atau lebih. Seperti sebelah barat Sumatera, selatan Jawa, ini tergolong sebagai aktif margin, dengan ciri tingkat kegempaan yang tinggi atau gejala vulkanisme.
Kalimantan ini pasif margin, sehingga kalau ada gempa bumi biasanya lebih karena struktur geologi lokal yang secara aktif, mungkin dimensinya tidak begitu panjang berdasar data yang ada.
Sampai saat ini, data yang berkaitan dengan sumber gempa bumi sesar aktif masih minim di Kalimantan, karena gempa-gempa yang terjadi kekuatannya di bawah 5 [magnitudo]. Hanya pada beberapa wilayah di Kalimantan yang teridentifikasi gempa agak banyak, [semisal] di pulau Tarakan.
Kota Tarakan, Kalimantan Utara, terakhir kali diguncang gempa pada 3 Juni 2023 dengan kekuatan 5,1 magnitudo. BMKG menyebut Tarakan sebagai daerah rawan gempa di Kalimantan. Ini disebabkan keberadaan sesar aktif Tarakan dengan potensi gempa 7 magnitudo.
Gempa 3,4 Magnitudo di Tarakan, Kalimantan Utara. Foto: BMKG

Secara umum, apa saja bahaya gempa bumi?

Ada 3 jenis bahaya. Pertama bahaya guncanganya, kemudian bahaya fall surface rapture, jadi sesar di bawah mencapai permukaan. Seperti kasus gempa bumi di Palu, Sigi, Donggala tahun 2018. Itu terlihat deformasinya sampai permukaan dan mampu menggeser sampai 580 cm. Lain halnya dengan Cianjur, itu bukan fall surface rapture. Hanya ground crack saja.
Ketiga bahaya ikutan seperti penurunan tanah, likuifaksi, dan longsor yang dipicu gempa bumi. Dari 3 jenis bahaya tadi, yang pertama bisa diminimalisir. Kedua dan ketiga tidak bisa diminimalisir, jadi harus menghindari zona aktif.Demikian juga bahaya ikutan likuifaksi, kerentanan tinggi yang harus dihindari.
Kalau Kalimantan secara umum belum ada fall surface rupture, belum ditemukan. Sehingga mungkin efek guncangan saja. Bisa diminimalisir dengan bangunannya tahan gempa, karena sesar aktifnya tidak terlalu panjang. Sehingga robekannya tidak sampai membentuk fall surface rupture.
IKN Dikepung 3 Sesar Aktif. Foto: kumparan

Bagaimana potensi gempa di IKN?

Relatif rendah, sekitar IKN itu tergolong kawasan gempa bumi rendah. Jadi potensi rawan terguncang gempa bumi sekitar 4-5 Modified Mercali Intensity (MMI). Dalam artian kalau di kawasan gempa rendah, bangunan memperhitungkan faktor kegempaan insyaallah aman.

PVMBG terlibat pemetaan kawasan rawan gempa di IKN?

Kami dilibatkan, terutama kaitannya untuk menyusun peta kawasan gempa bumi. Ada dua data. Pertama, data input karakteristiknya, panjangnya berapa, lebarnya seperti apa, aktivitasnya seperti apa. Kedua, data kondisi lokal atau side class. Kami menggambarkan kekuatan geologi lokal satu daerah. Jadi ada beberapa klasifikasi tanah, klasifikasi A, B, C, D, dan E.
Berdasarkan analisis geomorfologi, kelas E dan D tanah lunak, C itu tanah keras atau batuan lunak. B itu batuan, A batuan keras. Batuan lunak lebih rawan dibanding kelas C, B atau A.

Kawasan IKN termasuk klasifikasi mana?

Lunak. Jadi IKN kurang lebih lunak, kelas D atau E. Untungnya tidak ada sesar besar di sana.
Pembangunan Istana Presiden di IKN Nusantara, Kalimantan Timur. Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA

Gempa 20 Juni di sekitar IKN masuk kategori gempa dangkal, apakah berbahaya?

Paling hanya guncangan sekitar 3-4 MMI, orang di dalam bangunan bisa merasakan dan di luar bangunan boleh jadi tidak merasakan. Seperti contoh gempa Cianjur, meskipun kekuatanya 5,6 magnitudo. tapi guncangannya 8 MMI. Lalu di Palu, Sigi, Donggala, kekuatannya 7,4 M, tapi efek guncangannya sampai 9 MMI. Kalau lihat potensi ancamannya dari skala MMI.

Berarti potensi guncangan maksimal yang bisa dirasakan warga setempat hanya sekitar 3-4 MMI?

Betul. Seperti 2 minggu lalu, ada gempa di Bengkayang kekuatannya 4,1 magnitudo. Efek guncangannya 3-4 MMI, tapi sempat ada kepanikan karena memang jarang terjadi gempa di sana.

Dari skala intensitas gempa, apakah Kalimantan relatif aman?

Berdasarkan data dari sumber geologi yang teridentifikasi agak baik di daerah Pulau Tarakan. Di sana maksimum magnitudonya 6-7, karena gempa 2015 itu 6,2 magnitudo, kerusakannya cukup signifikan.
Gempa terjadi di Sesar Tarakan, efek kerusakannya pelabuhan di Juwata, ada pom bensin yang bangunannya sedikit mengalami kerusakan, ini yang tercatat agak besar. Meskipun kalau dilihat katalog gempa bumi di sana, Kalimantan Barat misalnya, pada 2016 di Kendawangan, kekuatannya 4,9 magnitudo kedalaman 10 km. Kerusakannya ringan waktu itu.
Kemudian di Kaltim, sejarah pernah mencatat gempa pada tahun 1921, 1924, 1967. Dan di [Penajam] Paser yang agak dekat dengan IKN kejadian gempa bumi sebelum 1960-an metode pencatatannya belum sebaik sekarang.
Kemudian di Kalimantan Utara, Tarakan, tahun 1936 gempa berkekuatan 6,1 magnitudo.. Berdasarkan catatan sejarah, inilah kejadian gempa bumi merusak yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan bangunan di Kalimantan, itu paling sedikit yang ada di Indonesia.
Ilustrasi: flyingv3/shutterstock

Ada sesar di dekat IKN seperti Paternoster dan Mangkalihat. Apakah bisa berbahaya?

Paternoster dan Mangkalihat memang sesar, cuma tingkat aktivitasnya yang belum kita pahami. Paternoster itu dekat dengan IKN, sesar ini mulai dari Selat Makassar sampai barat laut. Karakteristiknya belum kita tahu, apakah memang sepanjang ini aktif atau segmented seperti di Mangkalihat.

Mengapa aktivitas kedua sesar tersebut belum dikaji lebih dalam?

Karena tingkat kegempaannya kecil, sehingga dianggap low seismicity sehingga kami melihat daerah lain dulu yang tingkat seismisitasnya tinggi.

Apakah sesar di Kalimantan berpotensi mengakibatkan gempa yang lebih besar?

Untuk menjawab itu harus dilakukan penyelidikan. Masalahnya, data itu minim sekali karena Kalimantan bukan prioritas. Lain halnya kalau di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan lain-lain yang gempanya lebih banyak dan berbahaya.
Karena kalau dilihat katalog kejadian gempa bumi sebelumnya, di Kalimantan bisa dikatakan hanya ada beberapa gempa dan tidak begitu signifikan.
Ilustrasi: Indra Fauzi/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten