Q&A: Bimbel Puluhan Juta Rupiah, Semua yang Perlu Kamu Tahu

21 Februari 2019 11:04 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Bimbel Lavender. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Bimbel Lavender. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
“Primagama, terdepan dalam prestasi.”
Kalimat itu diucap artis kondang Rano Karno saat menjadi bintang iklan bimbel Primagama yang ramai menghiasi layar televisi pada awal 2000-an. Primagama adalah satu dari ikon bimbel yang populer kala itu.
ADVERTISEMENT
Tetapi, bila berkaca pada era kini, model bimbel karantina adalah tren yang mulai menjamur.
Maksudnya?
Jadi, para siswa bimbel akan diinapkan dalam satu tempat tertentu untuk belajar intensif. Bisa hotel, apartemen, asrama, rumah, kos, atau tempat lainnya.
Untuk jangka waktunya cukup beragam. Ada yang dihitung satu bulan, dua bulan, dan sebagainya. Semua tergantung kebijakan bimbel masing-masing. Bimbel ini jamak dijumpai di kota-kota seperti Depok, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Setiap bimbel model karantina menonjolkan tenaga pengajar mereka yang merupakan alumni dari sejumlah universitas bergengsi di Indonesia. Selama program berlangsung, siswa akan dibimbing dan didampingi oleh tim khusus yang merupakan alumni dari UI, ITB, UGM dan PTN terbaik lainnya.
ADVERTISEMENT
Biasanya biayanya berapa?
Biayanya cukup beragam. Kisarannya Rp 5 juta sampai Rp 68 juta.
Bimbel karantina di Indonesia Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Hah, Rp 68 juta?
Iya, kamu tidak salah baca. Biaya demikian lazim dibanderol oleh bimbel-bimbel karantina yang menyediakan beragam fasilitas mewah.
kumparan berkesempatan mewawancarai pemilik salah satu bimbel karantina bernama Lavender di Depok, Jawa Barat, Galih Pandekar.
Pemilik Bimbel Lavender, Galih Pandekar. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Lavender menginapkan para siswanya di sebuah hotel berbintang. Galih menuturkan biaya menginap di hotel inilah yang menjadi salah satu alasan bimbel karantina dipatok dengan harga cukup tinggi.
Direct cost-nya memang sudah mahal. Nginepnya di Hotel Santika, harga semalam berapa? Kalikan saja berapa hari. Itu baru kamar sama breakfast. Sementara kita harus menambah makan siang, makan malam,” jelas Galih saat ditemui kumparan di perkantoran Taman Melati, Margonda, Sabtu (16/2).
ADVERTISEMENT
Selain kamar ber-AC dan kolam renang, bimbel semacam ini juga menyediakan fasilitas olahraga dan laundry serta layanan antar jemput ke lokasi tes. Di samping itu, jenis kegiatan yang ditawarkan pun terbilang unik mulai dari character and spiritual building sampai hypnotherapy.
Kalau sudah mahal, memang ada yang berminat?
Jangan salah, puluhan, ratusan, dan mungkin ribuan anak mendaftar bimbel karantina berharga mahal ini setiap tahunnya. Misalnya saja di Lavender yang bisa menerima 100 murid setiap tahun. Belum lagi tempat bimbel-bimbel lainnya di berbagai daerah.
Sebagai contoh Akbar, remaja 18 tahun asal Riau. Sulung dari dua bersaudara itu berpengalaman mengikuti salah satu bimbel bertarif Rp 20 juta di daerah asalnya, Bangkinang, sekitar 60 km dari Pekanbaru. Namun, menurutnya program bimbel tersebut mengecewakan karena tak berhasil mengantarkannya masuk kampus impian, yaitu Fakultas Kedokteran UGM.
ADVERTISEMENT
Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, kini dia rela meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Jawa demi mendaftar bimbel yang dianggap lebih kredibel.
“Persiapan kurang dan cara belajarnya pun kurang efektif sama bimbel yang dulu. Setelah itu dapat informasi dari internet tentang Supercamp Matrix,” kata Akbar kepada kumparan.
Supercamp Matrix yang disebut Akbar merupakan salah satu Lembaga Bimbingan Belajar yang berkantor pusat di Depok, Jawa Barat. Bimbel ini khusus menyediakan program karantina yang menjanjikan peserta didiknya bakal sukses masuk PTN ternama.
Meski pernah termakan janji manis bimbel terdahulu, Akbar tak kapok. Dia kembali mempercayakan nasibnya bisa lolos FK UGM pada bimbel bermodel karantina itu.
“Ini kan supercamp (dikarantina), kemarin itu (bimbel sebelumnya) enggak. InsyaAllah bisa fokus belajarnya,” Akbar berujar.
ADVERTISEMENT
Untuk program bimbel karantina, orang tua Akbar bersedia merogoh kocek dua kali lipat dari tarif bimbelnya terdahulu. Beruntung, finansial tak menjadi soal bagi orang tua Akbar yang sama-sama berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Biaya daftarnya kemarin itu cuma Rp 2 juta, biaya keseluruhan karantina Rp 49 juta. Orang tua mendukung dari segi finansial apa pun itu (biaya bimbel),” tuturnya.
Suasana belajar di Bimbel Lavender. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Selain Akbar juga ada Fairuz. Dia juga mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, terutama sang ayah untuk ikut bimbel karantina. Ia merupakan salah satu peserta bimbel karantina asal Bandung yang mendambakan bisa diterima di Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Menurut Fairuz, untuk menjadi salah satu peserta bimbel karantina dirinya wajib membayar sekitar Rp 54 juta plus biaya pendaftaran Rp 2 juta.
ADVERTISEMENT
Kenapa sih bimbel karantina sekarang jadi andalan menembus PTN?
Beberapa siswa yang berbincang dengan kumparan memiliki alasan masing-masing terkait hal ini.
“Di sekolah, cuma diberi materi untuk lulus dari situ saja (lulus SMA), sementara materi SBMPTN itu tetap belajarnya harus mandiri mau pun ikut bimbel,” terang Akbar saat ditanya alasannya mengikuti bimbel demi tembus PTN.
Suasana belajar di Bimbel Lavender. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Pun dengan Fairuz. Dia menganggap sistem pendidikan di sekolah masih kurang kondusif. Terlebih untuk menjawab kebutuhan siswa tingkat akhir seperti dirinya dalam mempersiapkan bekal masuk perguruan tinggi.
“Aku mikirnya peluang aku buat ke PTN lebih terbuka kalau aku tau tipe-tipe soal, kalau aku ikut karantina gini enggak perlu ngerasa capek belajar, terus 1 murid 1 mentor juga jadi aku bisa lebih ngerti pelajaran dibanding di sekolah,” Fairuz menguranya.
ADVERTISEMENT
“Kalau bimbel gitu kita bebas nanya, kalau enggak ngerti, sedangkan di sekolah susah kan sekelas bisa sampai 30 murid. Jadi guru lebih ngeliat kemampuan murid yang sudah bisa (paham),” lanjutnya.
Apa iya semua siswa bimbel karantina bakal diterima di PTN?
Tentu tidak. Ada juga siswa-siswi bimbel karantina yang gagal lolos ujian PTN. Kita ambil saja contoh yang terjadi di bimbel Lavender. Bimbel ekslusif ini tidak meloloskan 100 persen siswa mereka ke PTN setiap tahunnya.
“Ya kadang 85 persen (yang lolos), berubah-ubah tapi jangan sampai di bawah 80 persen lah. Kalau yang reguler itu lebih rendah sekitar 70 persen-an. Karena kalau reguler kan kita enggak bisa kontrol dia datang,” Galih menyebutkan.
ADVERTISEMENT
Kalau gagal lolos terus bagaimana? Apa ada jaminan?
Beberapa bimbel memberikan jaminan uang kembali jika ada pesertanya yang tidak berhasil lolos PTN. Jumlah pengembalian dana tersebut bergantung pada kebijakan masing-masing bimbel. Ada yang 50 persen, tapi ada juga yang mengembalikan sekian persen seperti Rp 15 juta.
Jadi, bagaimana, sudah paham dengan model bimbel karantina atau masih ada yang ingin ditanyakan?
Simak story lain soal bimbel mewah di kumparan dalam topik bimbel mewah.