Rachmat Gobel dan Melawan Gerakan 'Meya-meya' di Pemilu Gorontalo

6 Mei 2024 11:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rachmat Gobel copoti poster dirinya di pohon di Gorontalo Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rachmat Gobel copoti poster dirinya di pohon di Gorontalo Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua DPP NasDem Bidang Ekonomi sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, menceritakan pengalamannya melawan budaya money politics di ajang pemilu. Ia bercerita, pada Pemilu 2019 lalu, saat ia baru maju menjadi caleg di Gorontalo, pernah ada yang warga yang menawarinya menang dengan melakukan politik uang.
ADVERTISEMENT
"Ada masyarakat yang bilang pada saya begini, waktu di awal di 2019, dia bilang, 'Pak Rachmat, insyaallah Pak Rachmat menang, enggak usah khawatir. Tinggal satu, meya-meya'," cerita Rachmat Gobel dalam talkshow kumparan, Info A1, yang tayang Jumat (3/5) lalu.
Rachmat menjelaskan, 'meya-meya' adalah istilah setempat untuk menyebut uang Rp 100 ribu. Istilah ini diambil dari warna uang lembaran Rp 100 ribu yang berwarna merah.
"Terus saya kasih tahu sama masyarakat gini, kalau masyarakat meminta saya [beri] meya-meya, jangan pilih Rachmat Gobel. Saya kasih tahu sama mereka [begitu]. Karena apa? Saya datang ke Gorontalo tidak ingin membeli suara untuk duduk di DPR. Saya ingin memperjuangkan, membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan di Gorontalo," tutur Rachmat.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rahmat Gobel di Program Info A1 kumparan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut Rachmat, ketimbang menang dengan menggunakan politik uang, ia lebih baik tak dipilih sekalian. Sebab, menurutnya, saat ini pun ia sudah punya pekerjaan yang bisa menghasilkan.
"Alhamdulillah saya masih punya pekerjaan. Jadi kalau memang itu yang menjadi harapan, jangan [pilih] sama sekali," tegasnya.
Ia juga bercerita, di tahun 2019 itu, sehari sebelum pemilu bahkan ada anggota tim suksesnya yang mengusulkan untuk melakukan serangan fajar. Namun hal itu ia tolak mentah-mentah karena tak ingin membeli hak pilih masyarakat.
"Saya tidak pernah dididik oleh orang tua saya untuk menghormati orang dengan uang. Jadi jangan pilih saya kalau memang demikian. Saya sampaikan lagi [di Pemilu 2024], mereka percaya, makanya angka saya naik. Yang tadinya cuma 120 [ribu], jadi 195 [ribu] kan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Simak cerita lengkap Rachmat Gobel soal langkah politiknya di Pemilu 2024, tawaran untuk menjadi kepala daerah, hingga langkah politik Anies Baswedan usai Pilpres 2024 dalam video berikut ini: