news-card-video
14 Ramadhan 1446 HJumat, 14 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ragam Survei SMRC: Hanya 37% Siap Divaksin hingga Warga Makin Tak Takut COVID-19

23 Desember 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat meninjau simulasi pemberian vaksinasi COVID-19, di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat meninjau simulasi pemberian vaksinasi COVID-19, di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Lembaga Saiful Mujani Research Center (SMRC) mengeluarkan hasil survei terbaru soal kepercayaan publik terhadap vaksin dan vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Survei ini dikeluarkan menyusul rencana pemerintah yang telah merencanakan vaksinasi dimulai pada Januari-Februari 2021.
ADVERTISEMENT
Beragam respons baru masyarakat terhadap vaksin corona dan vaksinasi diungkapkan oleh SMRC, dalam paparan virtualnya pada Selasa (22/12) kemarin.
Mulai dari masih sedikitnya masyarakat yang menyatakan telah siap divaksin, hingga daerah mana saja yang warganya paling banyak menolak vaksinasi.
Survei SMRC ini dilakukan pada 16-19 Desember 2020 dengan 1.202 responden yang dipilih secara acak. Wawancara dilakukan dengan dua metode, yakni tatap muka dan telepon.
Margin of error survei ini kurang lebih 2,9 persen, dengan tingkat kepercayaan 95% asumsi simple random sampling.
Dari hasil rilis survei SMRC tersebut, berikut kumparan rangkum.

Baru 37% Masyarakat Siap Divaksin

Petugas medis (kanan) menyimulasikan pemberian vaksin COVID-19 di Puskesmas Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (19/11). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Dari 1.202 responden yang disurvei SMRC, didapatkan data hanya 37% yang menyatakan siap untuk menerima vaksinasi.
ADVERTISEMENT
"Dalam survei terakhir (16-19 Desember 2020), mayoritas warga tidak mantap untuk melakukan vaksinasi. Hanya sekitar 37 persen warga yang menyatakan secara tegas akan melakukan vaksinasi COVID-19 jika vaksin sudah tersedia," ujar Manajer Kebijakan Publik SMRC, Tati Wardi.
Responden yang menolak divaksin juga masih cukup tinggi, yakni sekitar 17% menyatakan ketegasannya tidak akan menerima vaksin. Sementara 40% responden lainnya masih menyatakan pikir-pikir.

Hanya 56% Masyarakat yang Percaya Vaksin Corona

SMRC juga mengungkapkan hanya 56% masyarakat yang percaya terhadap keamanan vaksin yang disediakan pemerintah. Saat ini, terdapat 6 jenis vaksin corona yang dapat digunakan di Indonesia.
"Sekitar 56% warga percaya atau sangat percaya vaksin COVID-19 yang disediakan pemerintah aman bagi kesehatan penggunanya. (Masyarakat) yang tidak percaya 23% dan yang tak punya sikap 21%," jelas Tati.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat mendekati rencana vaksinasi justru semakin menurun. Dalam survei SMRC pada 2-5 Desember lalu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap vaksin corona mencapai 66%.
Infografik 6 Vaksin Corona. Foto: kumparan
"Tingkat kepercayaan vaksin dari pemerintah aman menurun dari 66% pada survei 2-5 Desember 2020 menjadi 56% pada survei terakhir 16-19 Desember," ucap Tati.
Sedangkan warga yang percaya vaksin dari pemerintah bisa meningkatkan kekebalan atau imunitas terhadap virus corona hanya sebesar 55%.
"Ada 55% yang percaya atau sangat percaya vaksin yang disediakan pemerintah mampu membuat imun atau daya tahan pengguna dari infeksi COVID-19. (Masyarakat) yang tidak percaya 21% dan yang tak punya sikap 34%," tuturnya.

Warga Daerah Mana yang Paling Banyak Menolak Vaksinasi?

Menariknya, hasil survei menunjukkan warga DKI Jakarta dan Banten paling banyak menolak vaksinasi corona. Total ada 30% responden yang dengan tegas menyatakan tak ingin divaksin.
ADVERTISEMENT
"14% menyatakan mau, 44% masih pikir-pikir, dan 12% tidak jawab," ungkap dia.
Survei SMRC soal vaksinasi berdasarkan demografi. Daerah paling resisten dengan vaksinasi adalah DKI Jakarta dan Banten. Foto: Dok. SMRC
Sementara masyarakat Jatim menjadi kelompok yang paling banyak menyatakan siap divaksinasi corona. Persentasenya mencapai 49 persen.
"Keinginan untuk vaksinasi lebih banyak datang dari warga laki-laki, pedesaan, usia lebih tua, pendidikan lebih rendah, berpenghasilan lebih tinggi dan warga Jawa Timur," kata Tati.

Siapa yang Dianggap Lebih Dipercaya Sosialisasi COVID-19?

Poin survei lainnya adalah soal siapa yang dianggap masyarakat paling kompeten dan dipercaya untuk menjelaskan pemberian vaksin corona. Hasilnya, 71,5% responden menyatakan dokter dianggap merupakan tokoh yang paling dipercaya masyarakat untuk menjelaskan tentang pencegahan COVID-19.
"Mayoritas warga (71,5%) paling percaya pada dokter untuk menjelaskan tentang pencegahan COVID-19. Diikuti Presiden 8,6 persen dan tokoh agama 4,5 persen," ujar Tati.
Ilustrasi dokter menutupi wajah. Foto: Shutter Stock
Kemudian menyusul setelahnya adalah kepala desa atau lurah (3 persen), bupati/wali kota (1,6 persen), gubernur (1,4 persen), dan menteri (1 persen).
ADVERTISEMENT
"Pihak yang paling bisa dipercaya warga untuk menjelaskan pencegahan COVID-19 adalah dokter, bukan pejabat politik seperti presiden dan tokoh agama," tegasnya.
Survei SMRC soal tokoh yang paling dipercaya warga untuk menjelaskan pencegahan corona. Foto: Dok. SMRC

Orang Indonesia Semakin Tak Takut Corona

Lebih lanjut, masih dalam data survei yang sama, ditemukan 71% responden yang takut tertular corona, sisanya 28% tidak takut. Angka ketakutan masyarakat ini menurun dari periode survei sebelumnya pada 7-10 Oktober, yang memperlihatkan 845 masyarakat takut corona.
Perbandingan angka ketakutan dalam dua survei ini memperlihatkan masyarakat kini mulai tak takut pada potensi penularan corona.
Sejumlah warga yang terjaring razia masker diberikan edukasi melalui tayangan informasi terkait COVID-19, di Asrama PGRI Plaju Palembang, Sumsel, Selasa (19/5). Foto: ANTARA FOTO/Feny Selly
Selain itu, survei ini juga memperlihatkan keyakinan masyarakat yang makin menurun pada bertambahnya kasus COVID-19.
Pada periode survei 16-19 Desember ada 65% masyarakat tak yakin kasus COVID-19 makin banyak. Padahal pada periode survei 7-10 Oktober, masyarakat yang yakin penularan makin banyak cukup tinggi sebesar 82%.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pendapat Anda?