Ragam Tanggapan Megawati soal Diskriminasi Gender

12 Agustus 2022 7:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara, Kamis (11/8/2022). Foto: PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara, Kamis (11/8/2022). Foto: PDIP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan dalam acara 'Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara' yang digelar TNI AL bersama Yayasan Dharma Bakti Lestari dan Forum Diskusi Denpasar 12. Dalam sambutannya, Megawati mengungkapkan pertama kali mendengar nama Ratu Kalinyamat saat masih menjadi anggota DPR.
ADVERTISEMENT
"Saya dari dulu waktu jadi anggota DPR, kan, saya [dapil] Jateng, to. Jadi putar puter dengar cerita Ratu Kalinyamat. Saya menggerutu. Orang Indonesia ki ngopo, kok, pemimpin-pemimpin perempuan di iya, jadi saya mikir iki ngopo to namanya ratu. Ya, enggak mungkinlah," kata Megawati dalam sambutannya yang disiarkan secara virtual, Kamis (11/8).
Setelah mendengar nama Ratu Kalinyamat, Megawati mengaku mencari apakah ada nama perempuan lain di Indonesia yang juga memakai nama ratu, dan rupanya cukup banyak menemukan yang memiliki nama itu.
"Terus kenapa, ya, saya bertanya sendiri. Ya, untung saya punya orang tua progresif, enggak membedakan laki-laki dan perempuan. Saya bisa main sepak bola, bertanding dengan kalau dia bisa main bola saya mikir kenapa aku enggak boleh? Aku main bola. Kalau kakak saya naik pohon, ya, naik pohon," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Namun, Megawati mengaku sempat merasakan diskriminasi karena kakak laki-lakinya memperbolehkannya naik pohon, tapi harus pohon yang kecil karena dia perempuan.
"Saya mikir opo, jadi waktu kakak saya enggak ada, saya bisa naik pohon besar. Mestinya begitu," tuturnya.
Bahkan, lanjut Megawati, sempat berbincang dengan almarhum Buya Syafii Maarif dan memintanya untuk memberitahu kepada masyarakat agar tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Sebab di dalam Al-Quran, Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk Nabi Adam.
"Bukannya Nabi Adam bikin Hawa didatangkan dari rusuknya? Lah, kok, sampai di dunia ini kaum perempuan dibeda-bedakan, saya enggak setuju. Boleh enggak saya enggak setuju? Lah, ya, tentu, dong. Kenapa dibedakan?" ujarnya.
Menurutnya, Indonesia tidak pernah membedakan rakyatnya berdasarkan laki-laki dan perempuan. Sebab dalam UUD 1945, setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata hukum.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR RI Puan Maharani. Foto: ADEK BERRY / AFP

Megawati: Saya Cerewet dan Tak Bisa Dikalahkan, Puan Ketua DPR Perempuan Pertama

Megawati menyinggung soal hak setara yang harus dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang lebih progresif dalam menjunjung kesetaraan perempuan, sebab hal itu sudah diatur dalam UUD 1945 sejak awal kemerdekaan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
"Begitu menjadi NKRI, UUD kita mengatakan setiap warga negara memiliki hak yang sama, tidak ada tulisannya laki-laki atau perempuan, setiap warga negara punya hak yang sama di mata hukum," terang Mega.
Ia pun menyebut, sebagai Ibu, iya juga membesarkan anak-anaknya hingga menjadi orang yang sukses. Salah satunya, imbuh Mega, Puan Maharani yang saat ini menjadi perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR.
"Harus sadar, sadar, sadar, sepenuh-penuhnya hak kita adalah sama dengan kaum laki-laki. Saya punya anak-anak perempuan, mulut saya cerewet, jadi seseorang yang tidak bisa dikalahkan. Mba Puan saya menjadi ketua DPR perempuan pertama," ujarnya.
Presiden kelima RI tersebut juga mengatakan, saat ia menjabat turut memperjuangkan perempuan dengan merealisasikan UU KDRT.
ADVERTISEMENT
"Seperti saya buat UU KDRT, bukan menyombongkan, ini sebuah keperluan RI ini," ucapnya.
Ia mengimbau masyarakat terutama kaum perempuan harus meningkatkan kesadaran bahwa hak yang dimiliki setara dengan laki-laki dan melihat contoh yang terjadi di Afghanistan saat ini.
"Kebayang nggak kalau, maaf Afghanistan sekarang sudah akan pailit, minta bantuan dari PBB. Apa artinya, anak perempuan nggak boleh sekolah. Kaum perempuan yang hidup di NKRI harus sepenuhnya hak kita sama dengan kaum laki-laki," kata dia.
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara, Kamis (11/8/2022). Foto: PDIP

Megawati: Katanya Hawa Diciptakan dari Tulang Rusuk Nabi Adam, kok Dibedakan?

Ketum PDIP menceritakan salah satu perbincangannya saat melakukan pertemuan dengan almarhum Buya Syafii Maarif. Ia meminta almarhum untuk memberitahunya dan juga kepada masyarakat agar tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Sebab, Megawati mengaku mendengar cerita bahwa Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk Nabi Adam.
"Cerahkan, saya bukan tokoh agama atau kiai. Ini cerita lho, jadi kalau saya dengar cerita jangan salahkan saya, yang namanya di atas, Allah, bukannya bikin Nabi Adam sama Hawa, Hawa itu didatangkan katanya dari rusuknya," tutur Mega.
"Lah kok, sampai di dunia ini kaum perempuan dibeda-bedakan, saya enggak setuju. Boleh enggak saya enggak setuju? Lah, ya, tentu, dong. Kenapa dibedakan?" tambahnya.
Menurut Mega, sejak merdeka, Indonesia tidak pernah membedakan rakyatnya berdasarkan laki-laki dan perempuan. Sebab dalam UUD 1945 jelas tertulis bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata hukum.
"Tolong mereka. Kaum perempuan yang hidup di NKRI harus sadar, sadar, sadar sepenuh-penuhnya hak kita adalah sama dengan laki-laki. Coba heran saya. Polisi perempuan saya, kan, nanya kamu dibanting juga enggak? Lah, iyalah, siap. Jadi seseorang tidak bisa dikalahkan," tuturnya.
ADVERTISEMENT