Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Rahmat Imran Bantah Jadi Provokator Ricuh untuk Rusak LBH Jakarta
4 Oktober 2017 17:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Gerakan Pemuda Anti Komunis (Gepak), Rahmat Imran, melaporkan Nikita Mirzani ke polisi. Rahmat yang namanya sempat mencuat setelah aksi kepung kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Rahmat sendiri sempat disebut-sebut sebagai provokator pengepungan yang berujung kericuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, pria yang juga menjadi Koordinator Aksi Masyarakat Antikomunis ini membantah soal isu tersebut. Menurutnya, ia sama sekali tak memprovokasi aksi untuk merusak gedung LBH.
"Jadi persoalan saya jadi provokator itu hoax. Jadi izin saya itu memang saya ikut demo pada Sabtu dan Minggu. Dan sampai saat ini juga saya tidak dilaporkan sebagai provokator oleh pihak LBH. Itu sebagai proses dalam kita melakukan aksi," ujar Rahmat, di Polda Metro Jaya, Rabu (4/10).
Rahmat sendiri menjelaskan, aksi pengepungan lembaga itu sudah tepat. Pasalnya, menurut dia, sudah sepantasnya kegiatan yang berbau komunis dibubarkan. Apalagi, menurutnya, acara di LBH sudah dibubarkan pada Sabtu (16/9). Namun, justru pihak LBH masih melanjutkan kegiatan tersebut keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
"Mereka sudah dilarang oleh polisi, karena mereka tidak punya izin. Mereka memaksa melakukan kegiatan tersebut padahal udah dilarang oleh polisi," tutur dia.
Terkait dengan organisasi apa saja yang ikut dalam aksi tersebut, Rahmat menjelaskan, sebagian besar organisasi yang ikut andil dalam demo itu berasal dari organisasi Islam. Beberapa di antaranya yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ansor, dan Pemuda Pancasila.
Padahal, seperti yang diketahui, LBH Jakarta melalui juru bicaranya Muhammad Isnur menyampaikan sama sekali tidak ada diskusi PKI dan lagu genjer-genjer. Di dalam LBH, ada petugas polisi mulai dari Polsek, Polres Jakarta Pusat, Polda Metro, sampai Baintelkam Polri yang mengawasi.
Artis-artis yang datang menghibur di acara pentas seni anak muda dengan tema darurat demokrasi ini juga bukan orang sembarangan, ada Melanie Subono, Ananda Badudu, dan Simponi, serta yang lainnya. Pentas musik sendiri sebagai protes atas pelarangan acara diskusi sejarah 1965 pada Sabtu 16 September yang dilarang.
ADVERTISEMENT
"Jelas hoax atau berita-berita bohong telah disiarkan, propaganda tuduhan yang mengada-ada telah diviralkan, instruksi-instruksi untuk menyerang LBH dilakukan secara sistematis dan meluas bahwa ini acara PKI, menyanyikan lagu 'Genjer-Genjer' dll. Padahal, sama sekali tidak ada. Kami khawatir ini ditunggangi oleh pihak-pihak yang menghendaki chaos dan rusuh," beber Isnur.
Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz juga menjelaskan, menurut dia, tak sedikit massa yang hanya mendengar informasi sepihak dari media sosial.
"Kadang-kadang di medsos hoax. Itu yang sehingga dijabarkan oleh orang-orang yang hanya menerima informasi sepihak. Tidak tahu, berkumpul, kemudian berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan anarkis," beber Idham di Mapolda Metro Jaya, Senin (18/9).