Rais Aam: Mohon Maaf Kalau PBNU Agak Kenceng Menertibkan, Itu Rahasia Kemenangan

18 September 2023 11:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan sambutan pada upacara pembukaan Forum R20 di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Rabu (2/11). Foto: Dok. LTN PBNU/Suwitno
zoom-in-whitePerbesar
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan sambutan pada upacara pembukaan Forum R20 di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Rabu (2/11). Foto: Dok. LTN PBNU/Suwitno
ADVERTISEMENT
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkap nasihat penting di hadapan para kiai dan nahdliyin. Salah satunya soal bagaimana NU menjaga kemapanannya di tengah terpaan berbagai isu.
ADVERTISEMENT
"Agama datang dalam keadaan asing lalu kembali ke asing artinya antara asing pertama dengan asing kedua mengalami suatu zaman kemapanan. Yang perlu disadari pada saat kemapanan inilah sebetulnya kita harus sadar karena siapa pun yang sudah merasa mapan akan terjadi mulai kekurangan, keteledoran, kewaspadaan akhirnya kembali menjadi gharib (pembahasan yang samar)," ungkap Kiai Miftachul Akhyar.
Hal itu disampaikannya dalam Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Al Hamid, Cilangkap, Jakarta, Senin (18/9).
Oleh karena itu, menurutnya, betapa luar biasa penggunaan PBNU saat sekarang ini. Tiada waktu tanpa berbicara tentang bab pembahasan bagaimana masa depan NU.
"Oleh karena itu mohon dimaklumi manakala PBNU sedikit agak kenceng menertibkan, penertiban terjadi di mana-mana karena kita ingin kembali menertibkan. Karena ketertiban itulah sebetulnya rahasia sebuah kesuksesan dan kemenangan," ungkap dia.
Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar membacakan sambutan di Musyawarah Nasional Alim Munas Ulama dan Konbes NU, Senin (18/9/2023). Foto: dok. PBNU
Ia menegaskan, siapa pun yang memimpin NU, semua pasti akan mendukung. Tak ada upaya menggulingkan dan menggerogoti dari dalam.
ADVERTISEMENT
"Siapa pun yang menjadi pimpinan di Nahdlatul Ulama. Apalagi kita ketahui Nahdlatul ulama adalah organisasi yang selalu manakala ini sudah menjadi sebuah kesepakatan anak bangsa, kesepakatan daripada warga, kesepakatan daripada anggota, maka kami menerima dengan segenap kesadaran dan mendukung," ungkapnya.
"Tidak pernah kita dengar Nahdlatul Ulama ingin ngotak-ngatik memberhentikan seorang pimpinan. Baik itu pimpinan negara resmi atau pimpinan organisasi di tengah jalan kecuali kalau sudah ada kesalahan-kesalahan yang fatal," tutup KH Miftachul Akhyar.
Kiai Miftachul tak merinci penertiban apa yang dilakukan PBNU. Namun, belum lama ini, PBNU memberhentikan sejumlah pengurus mereka. Perombakan ini tertuang dalam Surat Keputusan PBNU Nomor 01.b/A.II.04/06/2023 tentang Pengesahan Pergantian Antar Waktu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2022-2027. Surat ini dikeluarkan PBNU pada Rabu (13/9).
ADVERTISEMENT
Dalam surat itu, PBNU juga memberhentikan H Mardani H Maming dari jabatan bendahara umum PBNU karena kasus suap dan gratifikasi di KPK. Ia telah divonis 10 tahun penjara, dan ditahan di Lapas Sukamiskin.
Selain itu, H Ahmad Nadzir, H Burhanuddin Mochsen, dan H Ashari Tambunan juga digeser dari bendahara PBNU. Pemberhentian ini disertai dengan ucapan terima kasih atas pengabdiannya selama ini.
Dalam surat tersebut, PBNU juga memberhentikan dengan hormat KH Amiruddin Nahrawi, H Ulyas Taha, dan H Robikin Emhas dari jabatan ketua PBNU.
Pada 8 Agustus 2023, PBNU juga memecat Waketum PWNU Jatim, KH Abdus Salam Shohib atau Gus Salam terkait dugaan pelanggaran organisasi.