Rais Aam PBNU Ingatkan Ilmu Harus Bersama Kebenaran: Biar Tidak Pinter Keblinger

31 Januari 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi saat di resepsi peringatan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama di kampus UNU Yogya, Ringroad Barat, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Rabu (31/1/2024). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat di resepsi peringatan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama di kampus UNU Yogya, Ringroad Barat, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Rabu (31/1/2024). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
ADVERTISEMENT
Rais Aam PBNU, Miftachul Akhyar, hadir dalam peringatan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) di Universitas NU (UNU) Yogyakarta, Ringroad Barat, Sleman, Rabu (31/1). Dalam pidatonya, Miftachul mengungkapkan pentingnya sebuah kepintaran didampingi oleh kebenaran.
ADVERTISEMENT
"Kemampuan yang tanpa batas itu harus didampingi dengan bismi rabbik (dengan atau demi karena Tuhanmu) sebagai pengendali dan pengontrol," kata Miftachul dalam acara tersebut.
Menurutnya, kepintaran, kepandaian, kejeniusan tanpa ada kontrol tidak akan membawa berkah. Hal ini, kata Miftachul, bahkan sudah diramalkan oleh pujangga terakhir Tanah Jawa, Raden Ngabehi Rangga Warsita.
"Mungkin ini yang dianggap pernah diramalkan oleh Ki Rangga Warsita, 'Akeh wong pinter tapi keblinger' (banyak orang yang pinter tapi keblinger). Untuk tidak keblinger, bismi rabbik. Karena ini adalah kebenaran," ungkapnya.
Menurutnya, kebenaran dan kepintaran harus bisa berjalan selaras. Dan hal inilah yang selama ini diimpi-impikan oleh NU dan diharapkan bisa terwujud melalui kampus baru UNU Yogyakarta.
"Sehingga benar dan pinter selalu bergandengan tangan. Di mana ada pinter, harus ada bener. Dan ini cita-cita yang diiimpikan oleh UNU Yogyakarta ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT