Rais Aam PBNU: Manakala Kalian Merasa Dinomorduakan, Jangan Melawan, Jangan Demo

20 Januari 2024 13:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar bin Abdul Ghani, memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (20/1/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar bin Abdul Ghani, memberikan sambutan pada Harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (20/1/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengingatkan untuk menaati pemimpin. Hal itu disampaikannya di hadapan jemaah Muslimat NU.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut bahwa bila seorang pemimpin sudah dipilih berdasarkan kesepakatan, maka harus ditaati.
"Walaupun yang memimpin kalian, Abdun Habasyi, budak yang hitam kelam rambut yang ikal bagaikan buah anggur, kalau itu memang sudah disepakati sebagai pemimpin kalian berikan," kata Miftachul Akhyar dalam sambutan pada acara Harlah ke 78 Muslimat NU, Sabtu (20/1).
"Manakala kalian menerima hal yang tidak mengenakkan mungkin merasa dinomorduakan, jangan melawan, jangan demo, sabar kata Rasulullah," sambungnya.
Dalam acara itu turut hadir Presiden Jokowi, Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa.
Selain itu ada juga Ketua Komisi Fatwa MUI KH Asrorun Niam Soleh, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, Istri dari Presiden Indonesia ke-5 Abdurrahman Wahid Sinta Nuriyah, hingga Yenny Wahid dan sejumlah pengurus PBNU serta Muslimat NU.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah di Indonesia ini kita tahu sendiri lah mana yang layak untuk dihormati, nomor 1, nomor 2, atau kelas 1, kelas 2, sudah terbukti. Mudah-mudahan Allah terus memberikan kesehatan kepada kita semua," kata Miftachul Akhyar.
Ia pun mengingatkan bahwa politik Nahdlatul Ulama adalah politik dakwah, politik amar makruf nahi mungkar, politik kebangsaan dan keumatan.
"Untuk menjaga ketentraman. Jangan sampai langkah dan ucapan kita membuat gaduh di tengah-tengah masyarakat wajib kita menjaga ketenangan," pungkasnya.