Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa perbudakan masa kolonialisme di Suriname, Amerika Selatan, Kepulauan Karibia, Bonaire dan Curacao.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan permintaan maaf bersejarah karena sebelumnya Raja Belanda belum menyampaikan permohonan maaf secara langsung.
"Hari ini saya berdiri di sini di depan Anda sebagai raja dan sebagai bagian dari pemerintah. Hari ini saya secara pribadi meminta maaf," kata Willem-Alexander di Amsterdam saat menghadiri perayaan 'kedai roti' 150 tahun dihapusnya perbudakan dikutip dari media lokal rte.
"Saya sangat memahami ini dari hati dan jiwa saya," tutur dia.
Raja Willem mengatakan, perdagangan budak dan perbudakan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
"Para raja dan penguasa House of Orange tidak mengambil langkah untuk menentangnya."
"Hari ini, saya meminta maaf atas kurangnya tindakan, pada hari ini ketika kita memperingati perbudakan di Belanda," kata Willem-Alexander.
Sebelumnya Perdana Menteri Belanda Mark Rutte resmi sudah menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa perbudakan pada Desember 2022 atas nama pemerintah.
ADVERTISEMENT
Permintaan maaf itu diambil sebagai respons panel penasihat nasional pada 2020. Forum itu dibentuk usai pembunuhan pria kulit hitam, George Floyd, oleh kepolisian Amerika Serikat.
Kematian Floyd memunculkan gerakan anti-diskriminasi besar di seluruh dunia. Dalam panel terkait, partisipasi Belanda dalam perbudakan disebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pihaknya lantas merekomendasikan agar pemerintah memberikan permintaan maaf dan reparasi pada 2021. Rutte mengatakan, pemerintahnya menerima kesimpulan panel tersebut, termasuk bahwa perbudakan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kendati demikian, Rutte mengesampingkan reparasi. Belanda justru menyiapkan dana pendidikan sebesar EUR 200 juta atau Rp 3,3 triliun.
"Apa yang benar-benar hilang dari pidato ini adalah tanggung jawab dan pertanggungjawaban," tegas Ketua National Reparations Commission Suriname, Armand Zunder.
ADVERTISEMENT
"Jika Anda menyadari bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah Anda mengatakan 'saya bertanggung jawab untuk itu', 'kami bertanggung jawab untuk itu'. Memang saya berbicara tentang reparasi," lanjut dia.
Sejarawan memperkirakan, para pedagang Belanda mengirimkan lebih dari setengah juta orang Afrika yang diperbudak ke Amerika. Kebanyakan dari mereka berakhir di Brasil dan Karibia.
Kerajaan Belanda juga melakukan kolonialisme di Suriname, Curacao, Afrika bagian selatan hingga Indonesia.