Raja Tunjuk Muhyiddin Yassin Jadi PM Malaysia

29 Februari 2020 16:14 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Partai Bersatu Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin. Foto: Evan Vucci / POOL / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Partai Bersatu Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin. Foto: Evan Vucci / POOL / AFP
ADVERTISEMENT
Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, resmi menunjuk Perdana Menteri baru Malaysia.
ADVERTISEMENT
Nama yang ditunjuk jadi PM Malaysia bukan calon petahana Mahathir Mohamad yang sempat mencalonkan diri kembali, melainkan Muhyiddin Yassin. Ia kini menjabat sebagai Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu).
Penunjukkan Muhyiddin sebagai PM Malaysia baru diumumkan oleh Pengawas Keuangan Rumah Tangga Kerajaan, Ahmad Fadil Shamsuddin. Keputusan tersebut diambil setelah Raja menanyai para anggota parlemen dan berkonsultasi dengan para pemimpin partai.
"Setelah mendapatkan perwakilan dari semua pemimpin yang mewakili partai masing-masing dan anggota Dewan Rakyat yang independen, menurut pendapat yang mulia Raja, anggota Dewan Rakyat yang mungkin mendapat kepercayaan mayoritas di antara anggota Dewan Rakyat adalah Tan Sri Muhyiddin Yassin, anggota parlemen (dari) Pagoh ," kata Ahmad dalam rilis yang diterima kumparan, Sabtu (29/2).
ADVERTISEMENT
Ahmad menjelaskan penunjukkan Muhyiddin sebagai PM Malaysia sesuai dengan pasal 40(2)(a) dan 43(2)(a) dari Konstitusi Federal Malaysia.
Rencananya, Muhyiddin akan melangsungkan pelantikkan Minggu (1/3) di Istana Negara Malaysia pukul 10.30 waktu setempat.
"Yang Mulia Raja mengatakan bahwa proses penunjukan Perdana Menteri tidak boleh ditunda karena negara membutuhkan pemerintahan untuk kesejahteraan rakyatnya," tutup Ahmad.
Gejolak politik di Malaysia sempat terjadi setelah Mahathir mundur dari jabatan PM. Sejumlah politikus menyebut siap menjadi PM definitif.
Pada pemilu 2018, Mahathir berjanji akan berhenti di tengah pemerintahannya dan menunjuk Anwar Ibrahim sebagai PM. Janji itu bagian dari kesepakatan dalam koalisi Pakatan Harapan untuk mendukung Mahathir sebagai PM kala itu.